Sabtu, 31 Agustus 2013

ISBN, Pentingkah?

Dapet sms dari seseorang (gak menyebutkan nama dan saya pun gak menanyakan nama).
"Mbak, ISBN itu penting, gak, sih?"
Sependek pengetahuan saya, jawabannya bisa "ya" bisa "tidak".

ISBN penting kalo bukumu dijual di toko-toko buku, jadi simple-nya kode nomor ISBN itu sebagai sidik jari buku yang berbeda antara satu buku dan lainnya, sehingga bukumu bisa mudah terlacak identitasnya oleh mesin yang ada di kasir itu loh biasanya (gak tau namanya apaan). Dan kepentingan lainnya adalah, siapa tau bukumu itu bakal jadi buku spektakuler di masa puluhan tahun mendatang, jadi gampang buat makhluk masa depan untuk mencari info tentang bukumu kalo ada sidik jarinya (ISBN).

ISBN tidak (begitu) penting kalo bukumu hanya dijual secara online (tidak masuk tobuk yang kalo beli buku harus pake mesin pemindai barcode gitu loh). Buku yang tanpa ISBN itu tidak lantas menjadikan buku tersebut illegal, karena ISBN tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan hak cipta. Saya sendiri pernah menerbitkan buku pertama Penerbit Harfeey dengan tanpa ISBN, karena waktu itu pengurusan akta notaris saya masih dalam proses. Apa hubungannya akta notaris dengan ISBN? Peraturan baru dari pihak Perpustnas adalah, mereka hanya akan melayani permintaan ISBN dari lembaga/perorangan yang telah terdaftar, dan salah satu syarat utamanya ialah dengan menunjukkan kelengkapan berupa akta notaris. Dan walau saya pribadi menganggap ISBN itu tidak begitu penting, tapi semua buku-buku Harfeey saya lengkapi dengan ISBN (udah mahal & capek-capek bikin akta notaris, ngapain kalo gak dipake). Selain itu juga karena banyaknya anggapan miring dari yang belum tau, tentang buku nonISBN = buku illegal (ckckck). Itu sih mungkin penerbit/instansinya yang illegal karena tidak berbadan hukum, jadinya tidak bisa mengajukan permohonan ISBN.

"Soalnya sekarang lagi marak ISBN palsu, Mbak. Mbak udah tau kasusnya?"
Hah? Ngapain malsuin ISBN? Jujur saya gak tau rumor itu karena sebutlah saya typikal orang yang kudet tentang hal-hal yang bukan urusan saya. Tapi semenjak dapet kabar itu, saya jadi penasaran juga tentang kasusnya.

Rabu, 21 Agustus 2013

Customer Online pun Tidak Sedikit yang Penipu


Kebanyakan orang mungkin lebih familiar dengan kasus-kasus penipuan di perniagaan online, yang dilakukan oleh pihak OLShop-nya. Padahal tidak jarang juga customer yang menipu. Berikut saya ambil contoh langsung yang baru saja HAMPIR terjadi sama Harfeey.


Hari Senin kemarin ada 2 orang yang mengaku sudah transfer uang untuk pembelian buku. Yang pertama sebut saja A, dia mengaku sudah transfer 100ribu untuk pembelian buku paket promo 3 buku gratis ongkir. Yang kedua sebut saja B, mengaku sudah transfer 45ribu untuk pembelian 1 buku + ongkir ke NTB. Saya langsung membungkus paket mereka dan mengirimkannya bersama belasan paket lain yang sudah diorder sejak Harfeey libur Lebaran.



Biasanya saya memang tidak pernah meminta bukti scan/foto resi transfer dari pembeli, hanya bedasarkan rasa percaya saya saja. Tapi kebetulan kemarin saya cek saldo ATM setelah saya mengirimkan paket ke Pos. Saya masih menyimpan resi transaksi penarikan terakhir saya di ATM, di sana tercetak info kalo nominal terakhir dari saldo yang ada di ATM saya adalah 520ribu lebih sekian ratus rupiah. Tapi yang anehnya pas saya cek saldo lagi, yang seharusnya jika benar sudah ditambah transferan 100ribu dan 46ribu itu menjadi 660ribu lebih, ini malah hanya 606ribu. Jadi siapa yang belum transfer?



© Born to be "Antagonis" 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis