Senin, 21 Desember 2015

Jangan Mati Duluan

"Jangan mati duluan lah, Doll." Kata dia suatu hari di WA, waktu saya mengeluhkan (lagi-lagi) tentang kondisi psikis yang gak sehat. Saya bilang, kalo kayak gini terus bisa-bisa saya mati cepet. Btw, setelah merasakan "dibeginikan", saya jadi tau gimana sakit hati dan kecewanya Bapak saya dulu. Membiayai saya dari masih di kandungan hanya untuk besar menjadi pembangkang yang sedikitpun gak menghargai jasanya. Alhamdulillah, itu sudah jadi masa lalu. Di masa kini, saya berusaha keras untuk menyenangkannya di masa tua.

Kembali ke obrolan tentang mati sama Dull.

Entah pesan WA dia itu cuma sekadar respons buat nenangin saya atau gimana, tapi sering bikin saya kepikiran hal yang sama, "Semoga Dull gak mati duluan. Apalagi mati sebelum ngambil alih tanggungjawab akan saya dari Bapak." Saya gak akan lebay bilang kalo saya gak bisa hidup tanpa dia. Saya pasti masih hidup, masih bisa hidup, tapi mungkin dengan cara yang gak sama. Saya cuma belum ada gambaran, hidup macam apa yang bakal saya jalani kalo tanpa dia.

Harus saya akui, orang yang paling deket sama saya adalah Dull. Lebih dari orang tua, apalagi saudara-saudara (yang aslinya emang saya gak begitu deket). Dia teman terbaik yang bisa saya ceritai banyak hal dengan nyaman. Bercerita sambil tertawa-tawa saat bahagia, atau hingga histeris menangis dengan mulut penuh umpatan saat sedih dan jengkel. Saya tidak tau (dan sepertinya tidak mau) adakah orang lain yang bisa menjadi seperti dia kalo seandainya dia mati duluan.

Saya gak mau minta lagi diberikan yang terbaik sama Tuhan, karena untuk saya, Dull sudah lebih dari baik. Tapi kalo Tuhan berpendapat lain, mengatakan kalo Dull gak baik buat saya, maka saya lebih memilih untuk berdoa...

"Semoga Tuhan menjadikan dia baik untuk saya."

Mudah bagi orang-orang "normal" untuk berkata: mati satu, tumbuh seribu. Tapi sulit bagi saya. Saya gak normal. Dan gak banyak orang yang bisa menerima ke-abnormal-an saya. Termasuk keluarga sekalipun, mereka gak tau apa-apa tentang saya, tentang alasan kenapa saya lebih memilih diam di kamar sementara mereka semua berkumpul dengan gelegak tawa bahagia di ruang keluarga.

Tapi Dull tau, dan sejauh yang saya lihat dan rasakan, dia cukup bisa menerima.

Saya punya trauma masa kecil yang kurang baik. Yang seberapa pun inginnya, tetap mustahil untuk bisa saya perbaiki. Treatment di masa kecil hingga sebelum saya merantau ke tempat di mana sekarang saya bisa sedikit mengubah arah takdir, yang berandil besar pada ketidaknormalan yang saya miliki. Keputusan besar yang sangat saya syukuri, untuk pergi menjauh dari orang-orang yang gak bisa mengerti saya, yang melihat aneh akan keberbedaan saya. Dan kembali mendekat setelah saya, satu paket dengan keanehannya, bisa sedikit punya nilai sebagai pembuktian.

Tapi tetap saja. Saya masih tetap aneh, tetap banyak orang yang sulit atau bahkan gak mau mengenal untuk memahami saya, lebih suka men-judge saya dari tampilan yang terlihat. Tapi saya gak peduli, saya sudah terbiasa (meski tetap sakit hati) dengan penilaian dari orang-orang yang bahkan di antaranya selalu mencari saya saat mereka butuh bantuan.

Cuma Dull yang bisa bikin saya terbuka, mau bercerita kenapa bisa sampai saya berbeda. Dan hebatnya, dia mau menerima. Dia gak lagi memandang aneh atau semacam "huh" saat saya sering meminta tolong dia untuk tampil menghadapi orang-orang di dunia nyata, karena saya terbiasa dan hanya nyaman bertindak di balik layar. Dia bisa sedikit mengerti kalo saya tidak mau bukan berarti saya malas, tapi karena memang saya tidak bisa. Saya tidak normal.

Jadi, tolong jangan mati duluan, Dull. Gak ada yang bisa mengerti saya, gak ada yang bisa saya kasih pengertian, selain kamu. Kamu satu-satunya orang yang masih saya yakini sebagai yang selalu ada di pihak saya dalam hal apa pun.

Kalo gak ada Dull, mungkin saya masih bisa hidup, tapi tanpa teman hidup.

Jumat, 27 November 2015

PRAKTIK ILLEGAL JUAL-BELI ISBN

Dari awal berdirinya Penerbit Harfeey, sudah banyak dari kalangan penerbit indie lain yang ingin mengajukan pembelian ISBN untuk buku-buku mereka. Alasannya, para penerbit tersebut belum mendaftarkan diri sebagai anggota ke Perpustakaan Nasional karena ada salah satu syarat yang tidak bisa dipenuhi (berbadan hukum). Alhamdulillah, kalo saya sendiri untuk Penerbit Harfeey sudah langsung saya buat akta notaris perusahaannya di awal berdiri.

Setiap ada penerbit yang berniat membeli ISBN dari Harfeey, selalu saya tolak karena saya yang idealis ini tidak mau jika buku yang tidak melalui proses "persalinan hingga kelahiran" di meja redaksi Harfeey, tapi menggunakan "sign" yang dikhususkan bagi Penerbit Harfeey (termasuk di dalamnya kenapa saya selalu menolak permintaan orang2 yang berminat menjadi lini/anak penerbitan dari Harfeey dan meniadakan paket penerbitan selain paket lengkap). FYI, setiap penerbit yang terdaftar sebagai anggota memiliki nomor khusus di setiap ISBN buku-bukunya, yang berbeda dengan penerbit-penerbit lain.

Jawaban saya setiap kali ada yang mau beli ISBN adalah menginformasikan jika Harfeey TIDAK memperjual-belikan ISBN selain hanya pada para penulis yang menerbitkan bukunya melalui Penerbit Harfeey. Walau dulu saya belum tau pasti, tapi saya infokan jika praktik jual-beli ISBN tersebut illegal dan melanggar hukum.

Sama halnya ketika banyak penerbit maupun perorangan yang ingin sekadar mencetak bukunya di Percetakan Buku Harfeey, bagi yang mau mendapat fasilitas ISBN saya infokan dengan jawaban di atas juga, serta tambahan informasi jika TIDAK MASALAH sebuah buku dicetak dan diterbitkan tanpa nomor ISBN. Karena keberadaan ISBN tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan hak cipta dan sejenisnya. Buku tanpa ISBN tidak lantas menjadikannya sebagai BUKU ILLEGAL, selama konten isinya merupakan hasil karya sendiri dan tidak memicu konflik SARA.

Tapi rupanya masih banyak yang belum paham dan tidak mau menerima penjelasan saya. Di gambaran banyak orang, sebuah buku tidak "resmi" jika tanpa ISBN. Hingga akhirnya mengakibatkan banyak oknum penerbit yang menjual maupun membeli ISBN secara bebas.

Kalau memang mau menerbitkan buku dengan dilengkapi ISBN, buat saja dulu akta notaris perusahaan dan daftarkan keanggotaan diri ke Perpustakaan Nasional. Kalau tidak mau mengeluarkan modal untuk pembuatan akta (yang padahal hanya 500 ribuan saja menurut pengalaman saya), daftarkan penerbitmu sebagai lini resmi dari Penerbit yang sudah menjadi anggota, nanti penerbit tersebut yang harus mendaftarkan/menginformasikan pada pihak perpustnas kalau penerbitmu adalah bagian dari lini/anak penerbitan mereka.

Tetap tidak mau juga? Ya sudah, jangan keukeuh mau bukunya ber-ISBN, apalagi sampai membeli dari Penerbit lain yang setelah tadi siang saya tanyakan langsung via email pada pihak Perpustnas (karena penasaran dan kebetulan lagi2 ada yang mau mencetak buku tapi minta nomor ISBN, dan akhirnya tidak jadi mencetak karena saya menolak memberikan ISBN) ternyata benar merupakan tindakan terlarang (illegal), atau malah nekad dengan membuat nomor ISBN palsu yang beberapa kali pernah dilakukan oleh beberapa oknum penerbit dan sempat membuat heboh. Saya heran, buat apa sih sampe segitunya? Kalo saja paham apa "guna" ISBN yang mendasarnya, pasti lebih memilih menerbitkan buku tanpa ISBN daripada dengan ISBN tapi lewat jalan yang tidak dibenarkan.

Berikut screenshot email saya dan pihak ISBN (bagi yang kurang yakin, bisa mengirimkan email langsung ke pihak perpustnas bagian ISBN dengan pertanyaan serupa).

Semoga informasi ini bermanfaat. Terima kasih.

Minggu, 02 Agustus 2015

Dear, Mbak2 Ber-attitude; Dewi Oktaviani & Isna Noor Fitria

Loh-loh... kemana nih si Mbak yang ber-attitude ini? Kok ngilang? Attitude-nya dipake dong, ah. Kok hobinya buang sampah sembarangan di rumah orang sih. Padahal saya mau nanya loh, apa korelasinya antara situ yang DULU suka ikut lomba di Harfeey dengan attitude saya yang menurut situ minus??? Duh-duh, susah banget ya buat gak ngaitin urusan pribadi sama bisnis? Kok Mbaknya ini sama kayak orang yang koment di status FB klarifikasi Harfeey soal ini, sih.

Baca, saya mau cerita tentang "kembaran" situ. Orang gak tau diri yang dulu nge-add saya, setelah sekian lama (saya ketipu sikap "santun" dia yg selalu manggil saya teteh padahal dia lebih tua) akhirnya saya yg selektif ngonfirmasi pertemanan pun nge-approve dia. Eeeh, ujungnya cuma buat nyinyirin status2 saya dengan koment sinis berbalut emoticon smile.

Tahun lalu dia cari gara2, koment sinis pake "hahaha" kayak idiot. Sama sih kayak Mbaknya, sok nasihatin tapi pake cara yang langsung men-judge. Sebagai tuan rumah saya ngerasa risih disampahin, waktu saya remove koment2nya ehhh, bukannya "tau diri" untuk DIAM karena saya ngerasa terganggu, tapi masih dengan style "hahaha" idiotnya dia protes. Saya pun remove dia dr friendlist. Dan baru pertama kali itu, saya nyesel setengah mati setelah 3 tahun selektif ngonfirm tp bisa kecolongan lolosin orang gak tau diri yg hobi cari gara2 begitu.

Gak cukup sampe di situ loh, Mbak yg menjunjung tinggi attitude. Si stalker "hahaha" idiot ini juga tadi malam koment tolol bin gak nyambung di status Harfeey yg klarifikasi soal ketololan statement Mbaknya yg ngait2in saya PRIBADI dgn bidang usaha. Keliatan bgt kalo dia cuma cari gara2 & seperti yg dicurigakan salah satu komentator lain, maksud koment dia yg masih dgn style sama itu cuma ingin menjatuhkan saya karena "dendam" masa lalu yg dia buat sendiri.

Saya respons koment gak nyambungnya 2 kali, sekadar mempertegas kalo saya remove dia krn ngerasa gak punya simbiosis mutualisme apa pun (kalo boleh jujur sebenernya krn dia sangat MENGGANGGU saya). Dia terus koment sinis bertameng emot smile, sampe akhirnya saya masukkan dia ke dalam list orang-orang yg lebih dari saya benci, yaitu orang yang saya anggap TIDAK ADA (dan kemudian situ tempati juga, Mbak Attitude). Saya mengabaikan koment2nya & tetap merespons koment orang lain. Kemudian, entah tolol atau justru sedikit pintar karena cukup "tau diri", dia meremove semua koment2nya termasuk mencabut "like" di salah satu koment saya. Sayang saya belum sempat mendokumentasikan ketololannya yang saya harap TERAKHIR dia lakukan untuk mengusik hidup saya yang bahkan merasa mengenal apalagi menyusahkannya secara pribadi pun gak (SAME AS YOU, MBAK ATTITUDE).

Saya bukan type orang kurang kerjaan seperti kalian yang sok merasa sudah mengantongi pintu surga dan berhak menjudge buruk orang lain. Situ dan kembaranmu yg sama2 BERATTITUDE itu yang DATANG ke rumah saya tanpa diundang lalu secara sembarangan BUANG SAMPAH dan pergi tanpa tanggung jawab. Saya gak tau kalo yg kalian sebut attitude baik itu yang seperti begitu; mengusik hidup orang lain.

Respons yang saya lakukan sekarang ini gak seberapa frontal, saya bisa kasih LEBIH ganjaran buat orang yang gak saya kenal, gak saya rugikan, tapi berani mengusik zona saya dengan tak tau diri.

#dewioktaviani & #isnanoorfitria pergi jauh2 dan jangan pernah lagi cari gara2 karena saya bisa memuntahkan yang LEBIH itu kapan pun. Jika saya sedang menjadi SAYA, maka sebenar-benarnya saya yang akan saya tunjukkan.

MY ATTITUDE BASED ON HOW YOU TREAT ME!

Selasa, 28 Juli 2015

Terlalu Sulit untuk Menjadi Saya

Setiap orang yang (pernah) mengenal saya akan punya penilaian yang mungkin bisa ditarik benang merahnya. Saya menyebalkan bagi mereka yang ketika mengganti nomor handphone merasa untuk tidak perlu mengikutsertakan nama saya dalam list kawan-yang-patut-diberitahu. Saya menyenangkan kata mereka yang bisa bertahan dalam pengabaian seorang teman. Tapi yang pasti, setiap baju yang coba dikenakan (paksa) mereka pada saya tidak selalu benar-benar benar 100%, walau tidak bisa saya tampik sebagian kecil atau besarnya ada yang iya.

Dulu sekali yang entah kapan, sempat terlintas pikir dalam otak di balik tempurung kepala saya yang kerap mendapat cap "keras", apakah saya punya kepribadian ganda? Satu sisi saya ingin berbuat baik, ingin menolong, ingin membantu, meringankan beban. Tapi bukan tidak saya sadari, sering kali cara yang saya pakai justru malah yang menimbulkan kesan kalau saya manusia paling apriori. Bukan hal yang mengherankan jika kemudian orang-orang yang pernah (sedikit) terbantukan dengan adanya andil saya dalam hidupnya, justru meletakan saya pada kotak berlabel buruk dalam memori yang dimiliki. Saya adalah manusia dengan nilai terbaik dalam hal keburukan penyampaian maksud baik.

Kepribadian ganda saya yang paling kentara bisa dilihat dari air muka. Banyak yang bersaksi bahwa saya memiliki senyum yang bisa terkategorikan manis, penunjang terbesar dalam perbaikan wajah yang justru sangat jarang saya gunakan. Namun sekeras apa pun saya mencoba mengukir senyum sempurna, tetap tidak bisa menutupi kontras dari sorot mata yang memancarkan aura antagonis.

Kadang-kadang, bukan sekali dua kali, saya merasa lelah menjadi saya. Si ambisius yang selalu merasa berhutang pada diri sendiri. Orang aneh (dan sebagian besar dari mereka menyebut saya unik) yang dalam senyap selalu kalut memikirkan orang-orang yang berpikir saya tidak pernah memikirkan mereka. Bagaimana tidak, ketika mereka bertanya bagaimana kabar saya, tidak pernah terlontar pertanyaan balik yang serupa meski rasa ingin tau itu lebih besar dari si penanya langsung.

Bagi sebagian besar orang, bukan hal yang sulit untuk tampil bahkan dengan sedikit kebisaan sekalipun. Tapi tidak dengan saya. Saya hanya ingin maju ke muka jika hasrat saya menghendakinya. Saya bisa dengan mudah menutup indera dari cibiran, delikan sinis, atau tudingan penghakiman. Saya tidak begitu mau peduli pada pendapat mereka yang bahkan disulitkan hidupnya oleh saya pun tidak.

Saya memang "berbeda", dan masih mencoba berdamai dengan semua perbedaan yang saya miliki. Tidaklah mudah menjadi berbeda di antara orang-orang yang sama. Jika saya menjadi orang lain, mungkin saya pun akan membenci saya.

Yogyakarta, dini hari di penghujung Juli

Jumat, 08 Mei 2015

Ajeg Meubel Yogyakarta, NOT RECOMENDED!

Ajeg Meubel Yogyakarta itu not recomended. Pernah beli rak TV bertingkat, pas liat2 yang di display-nya ada cacat di salah satu pintu yang gak bisa ditutup, selain juga sudah ada gompel/boncel sana-sini. Waktu tanya ke pegawai katanya nanti yang dikirim bukan yang itu, tapi stok baru dengan model sejenis.
Setelah bayar (dan gak bisa ditawar 5 rebu perak pun), dijanjiin barang dikirim besok. Pas ditanya jam berapa malah gak bisa mastiin, katanya nanti kalo mau ke sana akan di-sms. Padahal hari itu saya ada perlu keluar, tapi nunggu2 kiriman itu takutnya saya gak ada di rumah pas dateng. Eh, sial, saya tunggu seharian gak ada tanda2 mau muncul juga. Setelah ashar saya sms tokonya, katanya kurir lagi ke Winosari dulu. Hadeuhhh, padahal rumah saya jauh lebih deket dari Jalan Solo.
Finally, mobil yang ngangkut rak dateng setelah sebelumnya kurir telepon2 nanya ancer2. 2 orang mas2 yang dateng. Tanpa banyak basa-basi, saya langsung bilang makasih setelah rak diangkut ke dalem.
Setelah mereka pergi, saya cek kondisi rak. Cukup kaget dan kesel waktu liat salah satu pintunya susah ditutup lagi setelah saya buka sebelumnya. Pas saya cek, ternyata ada bekas iris/gergaji kecil di bingkai pintu bagian atas. Cacat! Ternyata ini rak kemaren yang saya liat di display.
Saya langsung komplain ke nomor kurir, dia berkelit dan lepas tangan, bilang kalo tugas dia cuma antar barang. Saya sms ke tokonya, dibales maniiis banget sampe2 di akhirnya bilang terima kasih sudah mengkritik dan pake emoticon smile. Waktu komplain itu saya nahan2 buat gak nunjukin jiwa devil saya. Mereka janjikan akan kirim rak pengganti yang masih baru besok.
Besoknya saya tunggu, gak ada kabar sms ataupun kedatangannya. Lusa saya tunggu lagi, sikon masih sama. 5 hari saya masih husnudzhon, mungkin raknya ngedadak bikin dah butuh waktu.
Dan hingga detik ini, setelah setengah tahun berlalu, gak ada pertanggungjawaban apa pun yang saya dapat. Ajeg meubel fix gak amanah, penipu, dan gak bertanggungjawab! Kalo memang dari awal gak ada rak lain, tinggal jujur. Gak usah pura2 cuma biar laku, ujungnya malah curang dengan ngiris dan bikin cacat produk. Amit2, padahal pas beli itu saya nawar 5 ribu aja gak bisa, sementara di tempat meubel lain masih bisa nawar bahkan kisaran 50.000 - 100.000.

Selasa, 24 Maret 2015

UTS Sebagai Anak Semester 8

How amazing me. Di saat mayoritas temen seangkatan lagi pada lenggang kangkung menikmati keluangan waktu, atau justru punya kesibukan baru garap skripsi, gue masiiih aja kerajinan berkutat sama bangku kuliah. Panjang dan difficult banget musabab kenapa gue masih juga ngambil kuliah di semester akhir.

Hoaaah... cuma mau ngeluh, jadi MABA* itu gak enak.

*Mahasiswa Ambang Batas Akhir

Poor me 😖😢

Senin, 23 Maret 2015

Kamu Putih dan Aku Hitam

Aku masih meyakini bahwa kita bersama karena kita tak sama. Kamu dengan kemilau putih dan aku si hitam berjelaga. Kita punya sekat jelas untuk melihat setebal apa perbedaan itu terbuat--bukan dibuat.

Putih dan hitam bisakah sejalan? Hitam dan putih dapatkah beriringan. Selama panda dan zebra belum punah, aku masih percaya.

💏

🏡 Lagi melow. Di kursi samping jendela rumah Maguwo, Jogja.

Mau Punya Tindikan

Udah dari kapan tau gue gak pernah pake anting. Kalo gak salah inget sih dari kelas 1 SMP. Pas itu pernah sekali make, tapi kapok gara2 diketawain temen yang liat waktu di ruang ganti olahraga. Secara ya gue dulu masih masuk barisan kaum jahiliyah yang tomboy2 unyu. 😙

Kalo diitung2, berarti udah sekitar 11 taunan gue ga make anting. Pantes aja ini lobang tindikan di kuping udah ga muat buat sekadar ditancep sama sebiting kecil jarum anting. Sedih sih, sedihnya gara2 selalu ngerasa sakiiit waktu nyoba maksa pake anting. Soalnya ibu gue selalu motivasiin *apa sih* biar gue bisa keliatan "cewek". Apalagi sekarang gue lagi hobi ngoleksi perhiasan *kesannya sosialitahhh banget yak, padahal... 😳*.

Sebenernya beberapa taun lalu, gue pernah antri di puskesmas dianter ceuceu. Nungguin bidan, mau minta gedein lubang tindikan di kuping. Aslinya ngeper banget, soalnya gue phobia darah dan rasa sakit *apalagi sakit hati 😢*. Tapi ternyata bu bidannya ga nongol2 yang katanya lagi keluar, karena ga sabar akhirnya gue minggat.

Sekarang gue masih nyari cara biar lubang di kuping gue ini bisa jadi tempat gelantungan yang nyaman anting2 cantik koleksi gue. Tapi sebelumnya gue musti lebih dulu muter otak buat nyari solusi gimana caranya misahin satu anting yang nyangkut di kuping kanan dan susah dilepas. 😭😭😭

Maniak PMS

Tiap kali mau dateng bulan rasa-rasanya bodi sama hati selalu ga enak, tapi yang biasa duluan menyerbu sih urusan hati. Ga tau deh, selalu jadi lebih sensi dari biasanya. #Biasanya aja sensian bingit, gimana kalo PMS, Bon? Coba tanya orang2 terdekatku. 😁

Gejala PMS yang misuh2 sensian biasanya bisa diredam kalo aku inget ini udah "waktunya". Tapi apes, kemaren aku lupa kalo si dia mau bertandang. Alhasil, gara2 PMS aku putuuus, hoaaa. 😭

Mau cerita sedikit lah *ga tau sih kalo nanti jadi keluberan 😂* awal momen yang membangkitkan kesensianku itu waktu aku lagi khawatir sama "orang itu" tapi dia ngeresponnya ketus. Padahal pagi-sorenya abis seru2an kayak biasanya. Yaaa, walopun pas pagi waktu dia nawarin nganter kuliah aku masih bete gara2 koment di pesbuk. 😠

Abis itu sampe besoknya seharian dia ga ada kabar, aku juga sengaja diemin apalagi aku ngira dia udah/baru ngeh kalo pesbuknya tak remove gara2 masalah koment itu. 😤 Nah, baru sorenya bbm dia nongol, ngajak futsal *maksudnya diajak nonton dia yg mau turnamen. Ya kale gue ikutan 😕* Aku oke2 tuh walo masih agak2 keki gara2 masalah kemaren2 itu.

Daaan... malemnya aku ada masalah di kerjaan. Rasa2nya pengen nangis aja *dan akhirnya beneran nangis. Air mata nepluk2 banyak tanpa suara 😭* udah capek dari kemaren, hari itu juga seharian capek, dia ga ke rumah buat nengokin apalagi bantuin, eh... paketan punya cust yg cerewet malah ilang ga tau jatoh di mana sama si Bopet. Rasanya... mau ada yang dijadiin tempat curhat.

Akhirnya aku milih buat bbm dia, niatnya mau curhat minta di-pukpuk, eh malah berantem. 😩 Finally, kami putus. 💔

Udahan ah, gak mood nyeritainnya. Gak pewe juga ngetik di andro. Bye! 👋

Jumat, 20 Maret 2015

Pelukan

Kadang-kadang, di sangat banyak kesempatan, aku sangat ingin memeluk diriku sendiri. Erat2, yang kenceng. Biar pelukanku mengalahkan rasa sakit di hati.

Yang kusebut banyak kesempatan itu terutama saat aku bener2 ngerasa capek in/outside tapi disadarkan kenyataan kalo gak ada orang yang bener2 peduli selain diriku sendiri. Siapa yg bisa kuandalkan selain aku. Orangtua? Aku bukan anak belasan taun lagi. Hanya kabar baik yg kubagi buat mereka.

Di banyak kesempatan, aku sering mikir. Mereka, yg selain orangtuaku, yang bener2 kupikirkan itu apa pernah sekali aja bener2 mikirin aku. Bener2 peduli tanpa ngerasa ada tuntutan untuk peduli.

Di lain kesempatan, aku sering merasa lelah dianggap negatif bahkan oleh orang2 yang 24 jam dalam seminggunya sering dihabiskan denganku.

Seorang teman berkata, "Orang yang bilang kamu gak baik berarti dia belum kenal kamu dari sisi yang lainnya." Dan ya, aku pun sangat mengamini, dulu. Bahkan kuproklamirkan dengan bangga sebagai tagline dari buku perdanaku, "Ketika ada orang yang membenciku, kupikir dia belum mengenalku lebih jauh." Tapi lain sekarang, aku justru mikir... mungkin memang "sisi lainku" itu gak menarik untuk dikenal. Senasib satu titik hitam di hamparan kertas putih.

Sisi baikku gak banyak, tapi bukan berarti aku sempurna antagonis. Aku masih bisa diam meski aku tau kerap dianggap bermanfaat dengan cara dimanfaatkan. Aku selalu mengumbar keburukanku, yang memang banyak. Tapi kebaikan? Aku pun mual sendiri kalo didesak ego untuk memamerkannya.

Seorang yg bisa dibilang dekat denganku pernah berkata, karena dianggapnya aku banyak uang dan sering terlihat foya2, kalo aku ga pernah beramal--secara materi. Jujur aku tersinggung. Menjadi antagonis gak lantas membuatku ngerasa harus oke2 aja dinilai salah. Lalu aku bilang, selama ini aku ngerasa gak harus ngasih tau dia atau siapa pun yg gak punya kepentingan apa2, kalo aku menjadi donatur tetap di ..., aku merenovasi 3 ..., dan aku selalu ....

Tapi apa setelahnya pemberitauanku itu menjadi penting? Gak juga. Karena memang bener, hal itu gak menarik buat diketahui. Antagonis punya sisi protagonis? So funny.

Lalu aku menjadi makin ingin memeluk, mengasihani diriku sendiri. Menguatkan tekad untuk tetap terlihat sebagai antagonis yang angkuh dan tangguh.

Minggu, 15 Maret 2015

Dear Oknum Customer, Susah Banget Ya Bilang "Tolong" & "Terima Kasih"?

Sejak awal Maret ini saya nahan2 emosi biar gak meledak sama satu oknum cust ini. Awal cerita, dulu dia komplain (tentunya sambil marah2) karena kata pertama di tiap sub-judul buku yang diordernya ternyata missing font. Saya minta dia buat santai dan biasa aja, kalo santai juga pasti direspon dengan baik. Singkat cerita, dia minta paketnya diganti dengan yang baru. Saya udah ilfeel jadinya sama ini orang, jadi saya males berlarut2. Saya cetak ulang bukunya dan baru selesai Februari menjelang akhir.

Setelah buku selesai cetak, saya kirim 6 buku baru. Karena hari udah maghrib dan rumah kontrakan saya jauh dari pos, jadi saya kirimkan paketnya via wahana. Kalo dituduh biar ongkir murah, bisa dicek berapa ongkir ke kecamatan Subang - Kuningan - Jabar pake pos & wahana. Perbedaannya jauh lebih mahal wahana, apalagi untuk ukuran saya yang 2 kali kasih ongkir gratis. Saya sengaja ngebut kirim hari itu juga, pikir saya biar itu cust gak cerewet lagi dan tenang lah hidup saya gak dikejar2nya lagi.

Awal Maret orang itu ngomel2 paketnya belum sampe. Makin naik pitam waktu saya bilang dikirimnya via wahana, dia bilang kenapa gak lewat pos blablabla kalo lewat pos 2 hari juga nyampe protprotprot. Ngok! Emangnya rumah dia itu di perkotaan?! Pake pos ke luar provinsi dan masuk2 daerah gitu rata-rata 4 harian. Saya bilang TUNGGU saja dulu, paket PASTI sampai selama ada nomor resi di tangan. Saya juga ungkit soal ongkirnya yang lebih mahal, hanya agar dia tau kalo saya pake wahana bukan gara2 mau nyari ongkir yang murah. Tentu bagian biar urusan sama dia cepet kelar-nya mah saya skip karena masih berusaha keras menghargai orang walaupun sama sekali dia ga menghargai saya.

Semingguan lebih akhir2 ini dia kembali mengirimi saya SMS komplain soal paket yang gak datang2, info keberadaan paket di web yang terhenti sampe Cirebon sejak tanggal 28 Feb, dan nomor kurir yang gak bisa dihubungi. Dia minta bantuan saya dengan TANPA mengucapkan atau mengesankan kata TOLONG (bisa disebut merintah) untuk ngelacak keberadaan paket, bagaimanapun caranya. Awalnya saya diamkan, apalagi saya punya alasan kalo dia gak minta tolong jadi saya kira dia cuma lagi curcol. Tapi yang ada dia malah terus2an SMS saya, meyudutkan kenapa saya pake wahana n gak pake pos aja, xyz, pqr. Biar mingkem, saya bilang nanti akan tanyakan ke agennya di sini.

Malam itu juga saya kirim email komplain panjang lebar ke cs wahana Jateng. Saya copy-paste juga isi email itu dan saya kirimkan via sms ke nomor cs dan kurirnya. Sampe pagi gak ada respon. Terus adik saya tanya ke agen wahana tempat barang dikirim, mereka bilang akan ditanyakan ke pusat. Tapi setelahnya gak ada kabar apa2. Akhirnya mau gak mau ke sana lagi buat nanya gimana perkembangannya, hasilnya tetep masih abu2 diminta buat nunggu. Saya sih bisa sabar nunggu, tapi gak bisa sabar buat terus digerecokin oknum cust itu. Saya lihat email, ternyata ada respon. Tapi asem! responnya sama sekali gak membantu, si cs cuma ngulang info yang sejak awal sudah saya baca di keterangan web waktu cek resi. Saya balas dengan komplain panjang lebar lagi, saya minta cs buat turun tangan langsung tanya ke kurir buat nelusurin keberadaan paket itu. Saya juga bilang kalo si oknum cust itu minta ganti rugi ke saya untuk kirim paket baru lagi, jelas saya gak mau karena kesalahan letaknya ada di kelalaian pihak ekspedisi.

Sorenya, cust itu marah2 lagi di SMS. Finally, dia minta buku yang dia balikin untuk dikirim balik LAGI ke alamat dia. Pake embel2 nyebut buku cacat segala. Saya yang waktu itu gak tau menau soal buku yang katanya udah dibalikin, jelas heran karena saya belum nerima paketnya sama sekali. Orag itu bilang bukunya sudah sampe tempat sejak akhir Januari. Yaelah, gimana saya bisa tau. Waktu ngirim dia gak ngonfirmasi apalagi sms-in nomor resinya, padahal udah jelas2 alamatnya pake alamat kampus adik saya. Besok pagi2 banget tuh orang sms lagi, nanya paketnya udah diterima belum, ternyata yang dia return cuma 4 buku padahal saya kirim balik gantinya 6 buku. Ini orang sadar waktu gak sih, emangnya kampus itu punya moyangku yang bisa operasional suka2 hati. Saya bilang, ini masih pagi, belum juga dicek. Tambahan lagi buat skakmat dan bikin dia nyadar kalo saya yang paling dirugikan dari segi materil, saya bilang juga kalo buku yang saya kirim via wahana itu jumlahnya 6, karena saya kira itu orang ngereturn semua bukunya. Huh! 

Gak lama dia sms lagi, intinya bilang capek nungguin paket yang gak jelas itu, dan lagi2 bahas kenapa ga dikirim pake pos, terus ujug2 bilang 4 buku yang dia return minta dikirimin lagi ke alamatnya tapi harus pake pos. Apa banget kan ini orang! Saya masih suruh dia buat sabar nunggu, saya juga udah bantu follow up walaupun sebenernya saya bisa aja pake alasan kalo tugas saya sudah selesai sejak saya menginfokan nomor resi pertanda paket sudah dikirim (dan saya ingat betul waktu itu tidak ada sms balasan sekadar ucapan terima kasih atau apa pun dari dia), urusan paket yang telat nyampe atau nyasar atau apalah, ya mintalah tanggungjawab sama ekspedisinya.

Tanggal 13 pagi dia sms lagi, intinya udah males nunggu, udah nganggep aja itu musibah, apalagi kata pihak wahana yang dia hubungi, harusnya saya selaku pengirim paket n agen di sini yang tanggug jawab. CIH banget. Tapi ujungnya dia juga tetep nyuruh saya buat terus lacak keberadaan paket itu. Perlu gitu saya nyewa dukun? Kurang gimana lagi coba saya ngubungin pihak wahana, dikira saya gak ada kerjaan lain apa. Terus dia bilang mau order lagi aja sebanyak 3 buku tapi harus dikirim pake pos. Sudah saya totalkan yang harus ditransfer, dan seperti biasa tidak ada ucapa terima kasih. 

Tanggal 14 saya tunggu gak ada kabar berita konfirmasian transfer kalo orang ini bener2 niat buat order bukunya lagi. Hampir aja itu buku orderannya mau saya cetakin duluan meski dia belum transfer, maksudnya biar cepet selesai lah urusan saya sama ini orang. Sumpah udah males banget dibikin susah sama orang yang gak bisa ngehargain bantuan orang lain. DAN TERNYATA!!! Eeeh, sarap. Barusan iseng saya cek email apa ada balasan lagi dari wahana, ternyata nol. Akhirnya iseng lagi saya cek resi paketnya... HAH!!! Status SUDAH DITERIMA sama orang itu. Kampret sekandang-kandangnya. SUSAH banget apa buat sms berbagi KABAR BAHAGIA kalo paket yang isinya kelebihan 2 buku itu udah diterima, biar hati saya juga plong, biar saya gak usah nyetakin orderannya dia. Dasar manusia apaan, waktu susah aja terus2an neror sms. Giliran udah dibantu yang amat sangat bikin capek tenaga, waktu, pikiran, hati, pulsa, bensin, dan saat paket udah di tangan GAK ADA tau dirinya buat sekadar ngasih tau apalagi bilang terima kasih.

AMIT-AMIT, YA ALLAH!!! Gak mau lagi urusan sama orang itu. Minta tolong tapi gak pake kata tolong. Setelah ditolong pun gak bilang terima kasih! Ngerasa pembeli adalah raja, hah?! SALAH TEMPAT! Hus lah, jauh-jauh.

Pemilik PIN BBM 52FD7674 = Banci Pecundang

Ini PECUNDANG yang udah maki2 perusahaan saya di BBM terus langsung kabur. Dituntut buat minta maaf tapi gak ada i'tikad tau diri sama sekali (saya invite pake bbm Mas yang kemudian di-DC-nya lagi tanpa permohonan maaf). Orang SARAP yang menghujat dengan kata kasar dan porno hanya karena BBM yang dikirimnya tidak direspon. Mungkin selain hati, matanya juga BUTA. Dia gak bisa liat kalo jam udah nunjuk di angka setengah 11 malam, dia juga gak bisa baca kalo di status BBM terpampang jelas tulisan "Buka s/d jam 21.00 WIB". Entah saya sudah tidur atau belum, jam operasional memang cuma sampe 9 malam.

Orang sangkleng yang kalo dari platnya berasal dari Lamongan ini pake nama BBM Galang Rambu Anarkie dengan PIN 52FD7674. Sebelumnya saya liat dia update di BBM nyinyirin BC dari perusahaan saya. Entah dari mana si sarap ini dapet pin bbm Harfeey, tapi saya yakin sumbernya dari 2 akun FB; FB pribadi saya & FB Penerbit Harfeey. Karena memang cuma 2 akun itu yang saya pake buat share pin bb perusahaan. Dia nyinyir waktu saya BC soal perkiraan waktu selesai cetak buku-buku pre order, karena memang banyak cust saya yang PO via BBM. Dan setelah liat statusnya itu, saya yakin pecundang ini bukan bagian dari cust saya. Gak nguntungin secara moril apalagi materil buat saya. Sempet kepikiran buat DC karena empet dan ngerasa nih orang gak penting & gak masuk kategori calon/pembeli potensial, tapi saya tahan-tahan karena saya ngerasa familiar sama namanya. Walau saya yakin ini bukan nama asli, tapi ada akun FB entah di FB pribadi atau FB Harfeey yang namanya persis aku BBM pecundang ini (tapi sekarang pasti pecundang ini udah ngeblokir).

Si sarap ini ngamuk dan ngeluarin kata makian yang seumur hidup saya buka usaha baru KALI INI ada orang gak tau diri, gak ada untung, dan gak tau malu berani2nya ngomong gitu. Padahal notabenenya di situ posisi saya mewakili perusahaan, bukan perorangan. Apa mungkin karena dipikirnya usaha saya itu CUMA penerbitan indie lantas dia bisa seenak congornya ngeluarin kata-kata sebusuk hatinya! Apa dia gak MIKIR walaupun CUMA indie tapi saya sudah membuatnya berbadan hukum sejak awal berdiri!

Saya paling gak bisa tinggal diem kalo udah diusik, harus ada efek jera biar kacrut pecundang macam gini bisa lebih TAU DIRI buat gak menyepelekan orang lain. Orang yang udah jelas2 mau ngasih saya keuntungan lewat pembelian atau penerbitan aja gak sedikit yang saya abaikan kalo attitude-nya NOL besar. Apalagi ini bencong yang beli buku nggak, nerbitin apa lagi!!! Saya memang butuh uang, tapi saya masih bisa cari uang dengan cara yang bikin hati lebih nyaman.

Diperlakukan oknum pembeli bak babu hanya karena merasa dirinya adalah raja, di-hit and run, ditipu, dikomplain dengan kata-kata pedas, itu jadi makanan sehari-hari saya sebagai pedagang. Tapi dimaki dengan kata-kata kasar dan jorok, cuma orang gak tau diri ini yang ngelakuinnya. Sabar menurut saya buka diam saja waktu diperlakukan gak baik, tapi TANGKIS dan tegaskan kalo saya TIDAK SUKA diperlakukan begitu, supaya orang2 macam kacrut ini gak mandang remeh. Demi Allah saya gak ridho dan gak memaafkan.

Sabtu, 31 Januari 2015

If I Can't with You

Aku tau Tuhan gak mungkin selalu memberi apa yang kita mau, tapi Tuhan pasti memberi apa yang terbaik untuk kita butuhkan. Tapi sampe sekarang--seenggaknya--yang aku mau itu kamu, yang aku rasa terbaik juga ada di dirimu.

Kata banyak kalangan di keluargaku (oke, aku udah siap-siap untuk kamu teriaki sambil ngakak kalo mereka lagi pitnah), aku ini cantik dan cerdas. Aku bisa dapetin cowok tampan nan mapan dari keluarga yang duit recehannya aja gambar Soekarno. Tapi gak tau kenapa, dari dulu aku punya prinsip mau cari laki yang mau diajak berjuang sama-sama dari nol. Gregetanya lebih dapet kalo kita bisa mencapai sesuatu dari perahan keringat sendiri, apalagi kalo hal itu dilakuin bareng pasangan hidup--halfsoul.

Dan dari yang aku liat, meski kamu masih gak jarang ngadat plus angot-angotan, sebenernya kamu terbilang cowok yang mau kerja. Mungkin lingkunganmu aja yang selama ini kurang mendukung buat work hard dan mandiri dari muda. Tapi pas aku ajak ke arah sana, sejauh ini usahamu lumayan oke. 

Sampe detik ini, yang jadi partner konsep untuk masa depanku itu cuma--dan masih--kamu. Mungkin agak aneh waktu aku ngasih respon ke temen waktu dia bilang kalo di sikon yang udah "begini" (u know lah), pasti aku ngerasa males buat ngarah ke pelaminan. Jelas aja langsung aku serobot kalo selama ini justru aku yang ngebet (aih, bahasanya apa banget -_-). Bahkan aku udah punya banyak rencana mulai dari konsep foto pre-wedd, pelaminan, kostum nikah, type rumah, jenis usaha, jumlah dan sampe nama anak xD. Sengaja aku gak (atau jarang) libatin kamu yang seleranya sering payah (sekalinya aku mintain pendapat malah cuma berpotensi ngerusak konsepku aja).

So, aku gak bisa bayangin gimana jadinya kalo cowok yang selalu aku konsep buat jadi teman hidup itu ternyata gak bisa sama-sama aku. Ooo... ngubah atau malah ngerombak total konsep dari awal itu gak mudah, terlebih aku juga gak mau (silakan push-up hidung). My future husband itu kamu, dengan segala kurang dan sedikit lebihnya (HA-HA-HA!). Aku udah bisa bayangin gimana hancur minahnya (baca: seru) rumah tangga kita besok. :P 

Gak keitung--dan aku sendiri sampe lupa--berapa kali aku merintah (tetep jaga harga diri xD) kamu buat nikahin aku, tapi sampe sekarang kamu masih tarsok-tarsok mulu. Katamu nikah itu bukan cuma urusan seru. Well, aku tau kamu masih mau nunggu sampe punya finansial yang jelas, dan terutama kamu masih mau bebas MAIN! Terlebih di keluargamu gak terbiasa nikah muda (menurutmu nikah di bawah umur 25-an itu muda), sementara di keluargaku mayoritas anak cewek nikah sebelum atau awal 20-an. Kamu suka rapi, sementara aku sering berantakan. Aku cantik sementara kamu biasa aja. Dan sebagainya dan lain-lainnya. Look at this, betapa bertentangannya kita dalam banyak hal.

Tapi aku selalu berusaha untuk yakin dan percaya, yang kumau bisa selaras dengan yang diberi Tuhan. Aku ingin kamu yang menginginkanku. Aku harap bisa mewujudkan harapan besarmu untuk menjadikan aku satu-satunya wanita untuk kamu ajak bersanding hingga surga (aamiin). xD

3 tahun: kita bersama karena kita tak sama. :))

Senin, 26 Januari 2015

Pameo "Pembeli Adalah Raja" Masihkah Relevan?

computerworld
Pameo pembeli adalah raja rasanya sudah gak relevan lagi. Kalopun masih ada yang mengiblatinya, mungkin itu cuma sebagian kecil saja. Zaman sekarang penjual bisa merangkap jadi pembeli dan begitu sebaliknya. Jadi, populasi antara penjual dan pembeli nyaris sama. So, we are a partner. Pembeli dan penjual sama-sama saling membutuhkan. Penjual memiliki kelebihan produk atau jasa dan dia butuh uang, pembeli memiliki kelebihan uang dan dia butuh produk/jasa. Singkatnya ini semacam barter yang nilainya sama tinggi. Jadi sekarang mah bukan cuma pembeli yang bisa blacklist, dan bukan cuma penjual juga yang bisa menipu. Semuanya punya kadar yang seimbang.

Saya di Penerbit Harfeey atau di usaha sebelumnya pun sering kali mem-blacklist pembeli yang tidak potensial. Entah itu yang berusaha menipu pembayaran, hit & run, yang sudah komplain marah-marah padahal masalah belum jelas, dlsb. Banyaknya yang saya ignore adalah mereka yang tidak bisa bekerja sama dengan manusia biasa yang rawan salah dengan ketidaksengajaannya. Bukan maksud menolak rejeki, karena saya yakin Tuhan masih punya banyak celah jalannya rejeki dari arah-arah yang lebih baik dan menyamankan hati. Hanya saja saya meminimalisir masalah dengan tidak mau lagi berurusan dengan pembeli-pembeli yang tidak potensial. Sementara untuk pembeli potensial, saya yakin semua penjual yang tau etika berbisnis akan memberikan pelayanan sebaik mungkin sesuai dengan yang dimampunya. Karena sekali lagi, kita adalah partner yang saling membutuhkan. 

Yah, begitulah kira-kira curcolnya penjual, wkwkwk. :P

Rabu, 21 Januari 2015

SALAH KOMPLAIN‬ = Malu-maluin tapi gak minta maaf & masih marah-marah lalu saya abaikan

Capture konfirmasi ordera di inbox FB

- Buku yang saya terima kok salah sih, gak sesuai yang dipesan. Gimana nih pertanggungjawabannya, blablabla! (kemudian apdet status marah-marah nyindir di BBM)
+ Santai saja, Bu. Kalo kesalahan dari pihak kami pasti kami tanggung jawab, kok. Kalo komplain itu infokan nama biar bisa ditindaklanjuti.
- Nama ABC. Saya tuh blablabla! (marah-marah lagi)
+ (Kemudian saya searching di inbox FB, nyari pesan yang isinya konfirmasian transfer & orderan orang tersebut karena di list orderan saya buku yang tertera sesuai dengan yang dikirim. Ternyata bener, di inbox konfirmasian pun judul bukunya gak ada yang salah seperti yang dikomplainkan. Lalu saya capture dan kirim ke inbox FB orang itu.)
- Itu sih konfirmasi sms saya yang pertama! Konfirmasi sms revisi yang kedua malah gak Anda capture. Blablabla! (Intinya nuduh kalo saya nyari selamet alias gak mau tanggung jawab)
+ SMS pertama yang mana? Ini saya capture dari inbox FB. Dan hasil pencarian dengan kata kunci nama itu pun cuma ada satu, yang saya capture ini.
- Udah deh tanya aja tuh sama XYZ, dia paham kok Anda gak paham sih. Kirimin tuh buku X-nya ke saya blablabla!
+ Kesalahan ini bukan dari pihak saya karena saya sudah kirim orderan sesuai dengan yang dikonfirmasikan. Jadi saya tidak bisa kalo harus dimintai pertanggungjawaban.
- Astaghfirullah! (Entah kenapa walopun orang ini nyebut, saya bacanya justru sebel. Udah saya gak salah, dia yang marah-marah, idih)
+ Lha, kalo kesalahan di pihak saya sih sudah pasti saya akan tanggungjawab. Saya gak mungkin mau ribet-ribet begini apalagi gak capture konfirm revisian seperti yang dituduhkan. Lihat aja di capture gambar itu, total hasil pencarian cuma ada 1 untuk nama Anda, itu artinya memang cuma ada 1 konfirmasian yang saya terima. Di mana salah saya yang gak bisa/mau tanggung jawabkan kesalahan yang letaknya bukan di saya???
- Terserahlah! Saya akan tetep kirim buku yang salah ini ke XYZ blablabla!

Sms-nya gak saya baca lagi, langsung hapus. Sebel sama orang kayak gini. Kalopun iya saya salah, apa susahnya dia gak marah-marah. Namanya juga interaksi sama makhluk bumi, bukan sama Malaikat yang gak pernah salah. Apalagi barang yang katanya dia salah itu harganya lebih mahal dari yang dia sebutin sebagai yang benernya, jadi kalo dia transfernya sesuai dengan barang yang dia inginkan itu ya harusnya saya yang berhak marah-marah karena saya yang RUGI. Di foto resinya yang ada di inbox konfirmasian gak bisa keliatan jelas jumlah transfernya berapa karena fotonya burem.

Sebelumnya dia ngaku-ngaku kalo transfer ongkirnya untuk JNE, padahal SUMPAH saya gak pernah kasih ongkir JNE karena selain ongkirnya mahal-mahal & males gak punya file data ongkirnya (jadi harus ribet cek di web), juga karena JNE tempatnya jauh. So, kalo pun ada yang minta kirim pake JNE biasanya saya tolak, apalagi ini yang pre order (pake JNE, Pos, Wahana, Pahala, Dakota, atau apa pun ya sama aja kirimnya masih lama setelah barang ready stok). Dia bilang gitu setelah marah-marah bukunya udah 10 hari gak nyampe-nyampe. PADAHAL ternyata buku sudah dikirim kurir ke rumahnya sejak tanggal 17 tapi itu orang gak ada di rumah alias rumahnya kosong (jangan salahkan saya kenapa kurirnya gak sms padahal di paket pun saya sertakan nomor HP).

Kata Mbak XYZ-nya juga dia marah-marah di BBM, Mbak XYZ sampe kesel. Dan Mbak XYZ juga bilang nomor orang itu langsung diblokir aja. Hmfhhh~~~

Pemerannya ada 3:
+ Saya (penjual/pengirim paket)
- Orang itu (pembeli/yang komplain marah-marah)
= XYZ (perantara orderan)

#Curhat #Blokir #Blacklist :v

Kamis, 15 Januari 2015

Yang TIDAK Saya Suka dari Mamah Dedeh

Padahal kerjaan lagi banyak (pst, cita-cita buat istirahat total selama Januari ternyata GATOT xD), tapi saya nyuri waktu buat ngisi blog ini sebelum diambil alih sama sekawanan laba-laba.

To the point. Mayoritas keluarga saya sangat suka nonton acara ceramah Mamah Dedeh. Secara keseluruhan pun saya pribadi lumayan suka, walau kadang saya ngerasa sensi sendiri tiap beliau berbicara/menanggapi pertanyaan dengan kesan menganggap remeh perasaan orang lain. Karena saya pikir tidak semua orang bisa dipaksakan "memakai baju" beliau.

Salah satu yang paling tidak saya suka adalah, setiap kali mendapat pertanyaan tentang (intinya) harus bagaimana seorang istri yang suaminya selingkuh. Beberapa kali saya cukup sering menonton acara beliau dengan pembahasan tersebut, dan jawaban beliau masih tetap serupa; si istri harus introspeksi diri, jangan-jangan "service-nya" selama ini kurang, mana mungkin suami "jajan" di luar kalo istrinya sudah melayani dengan baik, blablabla. Kalo baru sekali (selingkuhnya) ya maafin aja, kasih kesempatan buat berubah, blablabla."
kidsklik.com
Menurut saya, istri yang sudah menjadi korban perselingkuhan malah seolah didesak untuk juga menjadi penyebab/biang masalah dari terjadinya perselingkuhan si suami. Ooo... apa pun alasannya, entah itu istri gak/kurang becus di ranjang, di akhlak, di ngurus anak, dlsb, gak bisa dijadikan alasan untuk melegalitas praktik perselingkuhan. Tugas suami adalah membimbing istri untuk menjadi baik, bukan mencari yang dirasa lebih baik ketika istri sedang dalam proses tertatih-tatih menuju sana dan belum berhasil. Jika memang si suami sudah "angkat tangan" dengan segala kekurangan istri yang dirasanya sulit untuk diarahkan lagi, CERAIKAN saja! jangan DISELINGKUHIN!!! (Emosi dosis maksimal)

Saya pribadi sepertinya merasa bisa untuk memaafkan apa pun kesalahan suami saya (coming soon :P), kecuali SELINGKUH. Saya pasti akan merasa (maaf) sangat jijik padanya. Raga dan hatinya pernah (atau masih) terbagi dengan wanita lain. Itu sangat-sangat (menurut saya) tidak bisa ditoleransi.

Stay with me. Or leave me if you can't loyal.

Tapi ada juga satu dari sekian ceramah Mamah Dedeh yang paling saya suka dan selalu saya ingat sebagai definisi sabar teradil yang pernah saya dapatkan; jika ada yang menoyor kepalamu, jangan DIAM dan menerima begitu saja. Tapi TEPIS tangan si penoyor, peringatkan dengan keras padanya bahwa kamu merasa sakit dan tidak suka diperlakukan seperti itu. Karena menurut saya pun, yang hanya diam dan pasrah saat dianiaya bukanlah orang yang sabar, hanya saja orang yang tidak bisa marah. Orang sabar adalah orang yang bisa mengelola kemarahannya dengan baik.

Minggu, 11 Januari 2015

Tarif Cetak Buku Satuan, Murah Berkualitas (Boleh Campur Judul)

Salam. Kami dari CV Harfeey ingin menawarkan kerjasama cetak buku POD pada penerbit. Yang membedakan cetak di kami dengan di tempat lain adalah, kami menerima cetak minimal 100 buku dengan judul campur. Dengan kata lain, dalam 100 buku itu boleh terdapat lebih dari 1 judul buku dengan jumlah halaman yang tidak terbatas. Misal, penerbit ingin mencetak judul A dengan jumlah halaman 150 sebanyak 10 buku, judul B 120 halaman sebanyak 50 buku, dst sampai minimal 100 buku. Asalkan ukuran bukunya sama, yakni A5. Untuk tarifnya pun cukup terjangkau dan hitungannya perhalaman. Jenis kertas cover ivory 260 gr, laminasi glossy/doff, kertas isi bookpaper 70 gr, binding lem panas.

Cetak 100 - 200 eksemplar
- Cover + finishing (binding & wraping): Rp6.000,-/eksemplar
- Isi: Rp60,-/halaman

Cetak 201 - 300 eksemplar
- Cover + finishing (binding & wraping): Rp5.800,-/eksemplar
- Isi: Rp58,-/halaman

Cetak 301 - 400 eksemplar
- Cover + finishing (binding & wraping): Rp5.500,-/eksemplar
- Isi: Rp55,-/halaman

Cetak 401 - 500 eksemplar
- Cover + finishing (binding & wraping): Rp5.000,-/eksemplar
- Isi: Rp50,-/halaman

Cetak >501 eksemplar
Bisa nego langsung! :)
Untuk menghemat ongkos kirim, kami juga bersedia membantu penerbit untuk mengirimkan pesanan buku-buku yang mungkin sebelumnya sudah di-pre order yang akan kami kirimkan dari Jogja ke masing-masing alamat para pengorder. Untuk jasa pengiriman ini kami kenakan tarif Rp50.000,- saja persekali periode pengiriman. Tarif tersebut sudah mencakup biaya pembungkus, lakban, jasa bungkus, dan jasa kirim. Namun jika sudah selesai kirim untuk pesanan pre order, kami tidak menerima jasa dropship. Dengan kata lain, sisa buku akan dikirim ke alamat penerbit dengan ongkos kirim ditanggung penerbit (boleh menggunakan ekspedisi apa pun yang sekiranya dianggap paling terjangkau).
Demikin penawaran dari kami. Jika berminat, silakan penerbit menghubungi via sms 087773000454 atau pin BB 7D0FCF1D (Ari Harfeey). Terima kasih dan kami tunggu responnya. Wassalam.

*PS: Kami juga menyediakan jasa pembuatan logo & desain cover keren + berkualitas dengan tarif 150 ribu/desain
© Born to be "Antagonis" 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis