Rabu, 07 Mei 2014

PENULIS? "Ketika kamu diragukan"

Saya sampe terinspirasi bikin kaos dengan desain ini, berawal dari pengalaman pribadi....

Saya sudah menggiati dunia tulis-menulis sejak lama, sejak saya kelas 4 SD bertahun-tahun lalu. Gak ada yang mendorong atau mengajari saya menulis, semuanya saya pelajari otodidak setelah saya "jatuh cinta" pada kalimat-kalimat puitis yang ditulis Teteh saya di buku hariannya (saya nemu di bekas lemari pakaian kakak saya, jadi saya baca XD). Sejak itu, saya menyisihkan uang jajan untuk rutin membeli buku diary dan menuliskan pengalaman saya sehari-hari. Selain itu, kelas 5 SD saya bisa punya buku kumpulan puisi yang ditulis tangan di buku tulis biasa. Berlanjut hingga SMP dan SMA, saya menghasilkan 1 novel serial remaja islami waktu duduk di bangku kelas 7, dan sangat banyak cerpen. Tapi kesemuanya sekarang entah di mana, dipinjam temen-dioper ke temen lain-dan... hilang.

Jadi, jujur saja, saya merasa gak nyaman kalo ada yang menyebut saya "penulis pemula" hanya karena umur saya yang belum senior. Karena faktanya saya sudah sangat lama bersinggungan dengan dunia itu. Disebut penulis senior pun saya gak mau, karena pasti akan ada "beban" tersendiri. Dan dalam dunia saya, gak ada istilah penulis senior-penulis pemula. Yang ada hanya penulis yang tulisannya bagus, dan penulis yang tulisannya belum bagus ("belum" ya, bukan "tidak").

Nah, apakah saya pernah diremehkan dengan "label" penulis yang saya sandang? Jawabannya... S E R I N G! O:) Tapi... itu DULU.

Dulu saya menulis cuma karena ingin menuruti hasrat, tulisan-tulisan pun cuma jadi konsumsi kawan main dan sekolah saja. Banyak yang mencibir waktu saya bilang mau jadi penulis, mau nyari makan dari menulis. Terutama dari teman-teman baru di kampus. Banyak sekali yang meremehkan. Menjadikan "profesi" saya ini sebagai objek lelucon. Penulis status facebook, lah. Penulis yang suka menuhin beranda orang dengan update-an 5 menit sekalinya, lah. Penulis yang hobi nulis status panjang-panjang, lah. Dan sebagainya, dan banyak lagi. 

Apa waktu diperlakukan begitu saya diam saja? Gak, dong. Bukan saya banget kalo gitu mah. 3:) Saya balas dengan senyum nonsimetris sambil menusukkan (hiperbolisnya keluar) tatapan mata yang seolah berkata, "Lu bakal 'nganga' pas liat nanti gimana gue bisa survive hidup di rantau dengan modal jemari."

Dan sekarang, apa masih ada yang berani menertawakan MIMPI saya (dan kamu, dan kita semua) sebagai penulis? Alhamdulillah, nothing. Mendapat uang di dunia perbukuan tidak hanya dengan mendirikan penerbitan (seperti saya). Jika memang kemampuan kalian terbatas pada hanya menulis, maka tekunilah. Royalti penulis itu lumayan, loh. Bisa sampe jutaan rupiah di penerbit indie (kalo promonya rajin), dan puluhan juta di penerbit major (tentunya yang high class. Oh ya, jangan kirim naskah dengan sistem royalti jual putus, apalagi kalo nominalnya 5 juta pun nggak nyampe. DP dari penerbit major aja rata-rata 2 juta, kok. Itu di luar royalti yang akan ditransfer persekian bulan sekalinya. Ini saran dari penulis produktif--Indah Hanaco--ke saya. Jadi sabar aja, bantu juga penerbit buat marketing bukumu)

Jadikan cibiran, ungkapan meremehkan, sebagai lecutan untuk kita semakin tunggang langgang menggapai mimpi. Jangan buat mereka senang dengan "mengabulkan" anggapan-anggapan mirisnya tentang kita. S E M A N G A T

0 Tanggapan:

Posting Komentar

Respon koment akan disesuaikan dengan isi koment. No SPAM, RASIS, HUJATAN, dsj. Merci.... :)

© Born to be "Antagonis" 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis