Senin, 01 Juli 2013

Dia Memberi 10, Saat Aku Berbagi 1


11 Januari 2013

Ketika mayoritas orang menunggu kaya dulu, baru kemudian tergerak untuk berbagi harta, aku justru terkesan kerap melakukan hal yang sebaliknya. Meski tidak lantas meninggalkan kewajibanku tentang zakat maal di kala ekonomi sedang dalam kondisi menanjak, aku “hobi” berbagi di saat-saat aku merasakan keuanganku tengah sekarat. Dan amazing, kuasa Allah membuktikan bahwa jangan menunggu kaya dulu baru beramal, tapi beramal dulu niscaya akan diberi kelimpahan rizky-Nya dari segala penjuru mata angin.

Bismillah. Bukan bermaksud riya’ atau mengingat-ingat tentang apa yang telah dilakukan oleh tangan kanan, beberapa peristiwa terkait kegiatan beramal yang kurangkum dalam sekelumit kecil catatan kisah nyata ini, hanya sebagai tolak ukur agar dapat meyakinkan pembaca bahwa tidak pernah ada sejarahnya orang menjadi miskin karena beramal, bahkan bila amal yang dilakukannya disertai permintaan untuk memperoleh sesuai dari Allah sekalipun, Dia pasti akan mengijabahnya.

Ketika menjejakkan kaki pada usia 20 tahun ini, aku mulai belajar untuk konsisten dengan prinsipku. Prinsip yang kuterapkan karena aku sadar betul, bahwa aku terlahir dan dibesarkan dari kalangan keluarga yang beranggapan bahwa kerja keras adalah bagian dari kehormatan. Meski belum bisa memberi, paling tidak kami tak akan meminta. Dapat mencukupi kebutuhan untuk diri sendiri dan tidak mengandalkan kucuran dana dari orangtua saja, sudah menjadi suatu prestasi bagiku di 20 tahun ini. Karena kepala dua, berarti gumaman dalam hatiku mulai beriak; “Selamat datang, tanggung jawab dan kerja keras.”

Meski tidak dipaksa, namun aku beserta saudaraku yang lain paham betul bahwa hidup kami adalah tanggung jawab kami sendiri, bukan tanggung jawab orangtua atau siapa pun. Berbekal dari itu, aku mulai mengkondisikan diri untuk dewasa lebih dini. Aku mulai menggeluti bisnis dan berusaha selalu jeli dalam menangkap peluang. Namun meski begitu, bukan berarti setiap bisnis yang kujalani sepi pesaing. Selalu ada “rival” di setiap bidang bisnis yang kulakoni.

Tetapi, Alhamdulillah, aku tidak pernah sekalipun merasa kehilangan jatah rizkyku meski pesaing berada di sekeliling dan kadang banyak juga yang bersikap dan bertindak untuk menjatuhkan. Bahkan cukup mengejutkan, aku yang notabene-nya kerap melakukan semua bidang bisnisku hanya seorang diri, tanpa bantuan dari orang lain karena aku meminimalisir pengeluaran, justru memperoleh hasil yang jauh lebih gemilang dari pebisnis lain yang berkelompok menggiati usaha sepertiku.

Tidak berlebihan rasanya jika aku mengatakan bahwa semua itu, selain karena tekad dan kerja keras, adalah buah dari shodaqoh yang sejak awal memiliki niat untuk bergumul di bidang bisnis kulakukan secara lebih intens dan cukup “gila-gilaan” sesuai kadar kemampuanku, tentunya.

Wirausaha pertama yang kurintis ialah dalam bidang penjualan buku secara online. Berawal dari ketidaksengajaan, akhirnya sebuah acara berhasil memainkan nalarku untuk mengembangkannya dalam wujud bisnis yang tentunya akan menggiurkan. Shodaqoh di sini aku wujudkan dalam bentuk penggratisan ongkos kirim paket buku yang kujual secara keroyokan tersebut, yakni 6 buku seharga Rp100.000,-, gratis ongkos kirim seluruh Indonesia. Puji syukur, sambutan pasarku yang rata-rata teman FB yang menjadi pasar utama dan satu-satunya bisnis pertamaku adalah para penulis, sangat antusias. Tidak tanggung-tanggung, dalam satu minggu melakoni bisnis, aku sudah bisa mengantongi laba bersih lebih dari Rp700.000,-. Nominal yang cukup besar bagi anak yang baru belajar berjalan sepertiku, terlebih dalam menjalaninya aku tidak mengeluarkan modal materi sedikit pun. Yah, karena aku hanya akan mengorder barang dari agen, setelah pembeli mentransferkan uangnya padaku.

Ketika peluang bisnis dari baju batik bola mulai merayuku untuk turut berperan aktif, aku pun memutar otak untuk melakukan strategi pemasaran yang beda dari yang lain. Meski sempat tertipu di awal sekitar Rp1.500.000,-, namun aku tak lantas pantang menyerah. Aku mencari agen yang menjual harga lebih murah, meski jaraknya cukup jauh kutempuh dengan hanya mengendarai sepeda onthel. Dalam bidang usaha ini, shodaqoh yang kulakukan selain mengikhlaskan kerugian adalah dengan cara tidak mengambil laba secara berlebihan. Aku mengambil laba secukupnya, meski dengan harga jual di atas Rp100.000,- perbaju saja pedagang lain sudah banjir pembeli, namun aku tetap bertahan dengan hanya mematok harga sesuai takaran. Di mana untung bersih yang kuambil hanya 10% dari seluruh jenis modal. Aku menjual baju batik bola seharga Rp65.000,-, dan lagi-lagi sambutan istimewa kudapatkan. Dari bisnis ini, aku mulai bisa berbagi hasil jerih payahku pada orang-orang terdekatku.

Ketika rasa jenuh dan lelah kerap melanda saat berjualan baju dan buku yang masih harus kupasok dari tempat yang cukup jauh dari rumah kost-ku, jiwa anak rantau yang sarat akan kemandirian dalam diriku mulai memainkan akal kembali untuk melihat peluang pasar. Penerbitan buku indie. Yah, satu jenis usaha yang cukup berani kuambil. Berbekal dari kemampuanku dalam bidang tulis menulis, mengedit naskah, mendesign layout, dan berpromosi, aku mulai merintis usaha yang hanya kucetuskan dalam waktu kurang dari satu jam, untuk kemudian langsung kuaplikasikan keesokan harinya. Beruntung, aku tidak perlu membayar jasa orang lain juga, yang tentunya akan lebih mahal, untuk jasa design cover, karena adikku yang hanya lulusan SMK saja cukup mahir dalam men-design cover buku-buku terbitanku.

Dari usaha penerbitan buku indie yang kunamai “Penerbit Harfeey”, yang merupakan singkatan dari nama kedua orangtuaku, bukan hanya secuil materi yang bisa kuraup dan kutebarkan, tapi, Alhamdulillah, berkali lipat jauh lebih menghasilkan dari usahaku yang kemarin. Mungkin selain karena kerjanya santai dan bisa kulakukan di mana pun dan dalam keadaan apa pun, juga karena usaha ini sangat berkaitan erat dengan kecintaanku akan hobi membaca dan menulis.

Meski sudah sejak Februari lalu, sejak aku tepat berusia 20 tahun, aku sudah tidak lagi menerima kiriman uang dari orangtuaku, namun dari bisnis penerbitan inilah aku tidak hanya sekedar bisa meringankan beban orangtua dengan lepas sebagai “benalu” bagi mereka, tapi aku juga bisa menyisihkan sekian lembar uang bergambar presiden pertama RI teruntuk orangtuaku di kampung setiap tiga sampai empat minggu sekali, tergantung dari besarnya rizky yang kuperoleh.

Alhamdulillah, nikmat rizky Allah selalu menyertaiku, paling tidak hingga kini, meski kian maraknya usaha penerbitan indie yang berlomba-lomba menarik minat konsumen dengan cara pemasarannya yang kadang banting harga, aku tetap mencoba konsisten dengan caraku. Cara yang kuterapkan adalah dengan menganggap antara produsen dan konsumen, dalam segi bidang usaha apa pun, sejatinya merupakan partner yang saling membutuhkan. Jadi tidak ada dalam kamusku istilah “pembeli adalah raja”, tapi pembeli dan penjual sama-sama saling menghargai satu sama lain, karena kami saling bertukar keuntungan alias simbiosis mutualisme. Dan berkat prinsip itu juga, saat para pemilik usaha penerbitan indie lain kerap terpusing-pusing karena buku-buku yang mereka terbitkan sepi pembeli, aku justru cukup jarang mengalaminya. Setiap buku antologi yang kuterbitkan berdasarkan dari event menulis yang kuadakan, selalu terjual di atas 50 eksemplar. Allah Yaa Rahman, Maha Rahiim.

Selain dari mengikhlaskan segala bentuk kerugian materi yang berasal dari musibah penipuan, tidak mengambil laba yang bukan hak, serta menerapkan sistem simbiosis mutualisme, aku juga gemar membagi-bagikan buku maupun pulsa dalam berbagai event kuis dadakan yang kerap kuadakan di facebook pribadiku. Jujur saja, setiap aku mengadakan kuis, seringnya adalah ketika dompetku benar-benar kehilangan penghuni. Dan lagi-lagi kuasa Tuhan selalu memainkan perannya, bisa dikatakan selalu, pasca aku berbagi lewat event kuis itu, rizky berupa materi akan datang beberapa waktu kemudian, bahkan tidak harus membuatku menunggu berhari-hari.

Sebagai contoh, ketika suatu hari aku merasa sangat butuh uang sementara tabunganku tidak mencukupi, aku mengadakan kuis bagi-bagi pulsa gratis untuk 3 orang pemenang beruntung. Allahu Akbar! Selepas aku update status tentang kuis itu, seseorang mengirimkan sms padaku untuk minta dicarikan blankon 100 buah, dan ia akan membayarnya sesuai harga pasar. Alhamdulillah. Lain waktu, aku mengadakan kuis dengan cara membagikan buku gratis, karena jujur saja saat itu aku sedang sangat butuh uang untuk mendaftar kursus penulisan skenario film yang jumlahnya tidak sedikit. Maha suci Allah, selepas aku update status kuis, kabar gembira langsung menyambutku di inbox facebook Penerbit Harfeey, di sana tertulis bahwa seseorang telah mentransfer uang hampir satu juta untuk pembelian sejumlah buku terbitanku.

Shodaqoh dengan hal-hal kecil tersebut memang kerap aku lakukan untuk “memancing” rizky saat kondisi keuanganku sedang tidak kondusif. Dan ketika kondisi keuanganku cukup pun, aku masih berupaya untuk mengistiqomahkan berbagi, namun dengan jumlah yang lebih besar dan biasanya kulakukan secara offline. Pernah dengan menghibahkan puluhan buku-bukuku pada perpustakaan kota dan daerah di Yogyakarta, pada pesantrenku di Cirebon, juga menyumbang sekian dana tunai pada mesjid dan panti asuhan. Serta kerap membelanjakan uangku pada pedagang yang sekiranya sepi pembeli, namun aku tau bahwa berniaga adalah satu-satunya pemasukan mereka agar bisa makan. Aku sangat menghargai para manusia renta yang masih memiliki harga diri untuk tidak mengandalkan ketuaannya untuk mengemis.

Keajaiban dari rumus beramal yang terbaru kualami adalah beberapa hari lalu, ketika salah seorang teman satu fakultasku membuat status di facebook tentang harapan akan adanya seseorang yang bersedia menyumbangkan materi demi seorang sahabatnya yang tengah tertimpa musibah. Awalnya iseng aku menanyakan ada apa, lalu temanku itu menceritakan kejadiannya lewat inbox facebook. Sahabatnya tengah memerlukan dana besar untuk operasi kanker, ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tanpa pikir panjang, meski sebenarnya keadaan pribadiku pun tengah sangat membutuhkan uang, aku langsung menyanggupi untuk memberi sedikit bantuan.

Temanku sempat tertegun dan berkali-kali mengucapkan terimakasih serta serangkaian doa kebaikan untukku, saat aku memberikan sumbanganku untuk membantu temannya itu ketika di kampus. Dan seperti yang kuduga, Allah terlalu baik untuk membiarkan aku berlama-lama dalam kondisi keuangan yang kurang stabil. Dia segera mengganti uang shodaqohku itu dengan hampir sepuluh kali lipatnya lewat perantara para penulis yang secara tiba-tiba berbondong ingin menerbitkan karyanya melalui jasa penerbitanku. Allah, Rahman, Rahiim. Alhamdulillahirabbil ‘Aalamiin....

“Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang akan engkau dustakan?”

Dan selamanya, akan selalu kuupayakan untuk istiqomah menebar amal sesuai kadar kemampuanku. Bismillah. Aamiin.

5 Tanggapan:

  1. SIIIIP. Ini yg Mbak maksud di komen sebelumnya.. Lanjutkan. Sukses Lily.

    BalasHapus
  2. Hehe, aamiin ya Robbal aalamiin. ^-^

    BalasHapus
  3. subhanallah ternyata sedekah itu walaupun kecil akan berarti nikmat bagi kita yang bersedekah. sungguh inspiratif mbak ceritanya, aku salut padamu

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah, iya, Mbak. :)
    Ortu selalu mengajarkan kalo berbagi itu tidak akan pernah rugi. Hehe.

    BalasHapus
  5. Halo, ini adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat umum, tentang penipuan pinjaman internet, itu benar-benar menyebabkan banyak kerusakan dan telah membawa beberapa keluarga dalam pemisahan dan penderitaan. Kami benar-benar berjuang untuk membawa para pelaku ke buku. Namun akan membutuhkan bantuan Anda, karena tanpa bantuan Anda, kami tidak bisa mengakhiri penipuan internet ini. Apa yang kita inginkan dari Anda sekarang adalah bagi Anda untuk mengisi formulir di bawah ini tepat.

    Nama Perusahaan: .............................................
    Perusahaan Usulan Alamat: ........................
    Perusahaan Alamat Email: ................................
    Jumlah Total Dibayar: .............................................
    Penerimaan Scan: ............................................... ......
    Nama Penerima: ............................................
    Cara Pembayaran: ..............................................

    Catatan: Informasi ini adalah bagi mereka yang telah menjadi korban oleh warga Nigeria yang berpura-pura menjadi pemberi pinjaman kredit sedangkan mereka tidak. Jadi Polisi Nigeria dan EFCC bekerja begitu keras untuk memastikan kejahatan ini dibawa ke berhenti. Jika Anda cukup beruntung uang Anda menghabiskan mungkin dikembalikan kembali kepada Anda.
    Di sini kita hanya memiliki dua kreditur yang kredibel baik lokal maupun internasional, jika Anda benar-benar membutuhkan pinjaman kita bisa juga memberikan arahan yang lebih baik dan menyarankan untuk membimbing Anda dalam mendapatkan yang lebih baik dan transaksi transparan. Anda dapat menghubungi kami: nigerian.policeforce247@gmail.com
    interpol.hotmail247@gmail.com.

    BalasHapus

Respon koment akan disesuaikan dengan isi koment. No SPAM, RASIS, HUJATAN, dsj. Merci.... :)

© Born to be "Antagonis" 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis