Minggu, 16 Juni 2013

Humor yang Baik Adalah...

"Humor yang baik adalah yang menjadikan diri sendiri sebagai objek lelucon."

Saya pernah membuat status seperti itu di akun pribadi saya, lalu ada beberapa yang berkomentar bahwa orang yang berhumor dengan menjadikan diri sendiri sebagai bahan tertawaan, akan tampak konyol dan bodoh.

Jelas saya gak setuju. Buktinya, saya sering melontarkan lelucon yang menempatkan saya sendiri sebagai objeknya, dan banyak yang tertawa. Walau akhirnya mereka balas terus-terusan menjadikan saya sebagai objek lelucon,
saya anggap mereka belum tahu. Lalu bisa juga lihat contoh lainnya di acara Stand Up Commedy. Kebetulan saya pernah beberapi kali menonton dan sukses dibuat terpingkal-pingkal melihat para Comic yang terus menerus "mem-bully" dirinya sendiri. Kalo acara semacam Fesbooker, sekalipun saya gak pernah bisa menemukan alasan untuk sekadar senyum tipis.

Awalnya saya lebih suka menjadikan diri sendiri sebagai objek lelucon itu, dikarenakan saya memang kerap mencoba membalikkan sesuatu ke diri saya sendiri terlebih dahulu. Saya gak suka, gak nyaman, dan gak terima, ketika ada orang lain yang mengolok-olok saya hanya untuk membuat yang lain terpingkal. Entahlah, meski itu tujuannya cuma "guyon", hati saya tetap menolak memberi ridho. Oleh sebab itu, apa yang saya tidak suka orang lain lakukan pada saya, saya sebagai makhluk penuh khilaf tetap mau berusaha keras untuk tidak melakukan hal itu pada orang lain juga.

Terlebih pada satu kesempatan, saya pernah menyaksikan sendiri bagaimana seseorang yang ditumbalkan untuk menjadi "badut", terdengar tertawa namun berlinangan air kesakitan juga dari matanya. Saya yang pada sebuah forum yang diisi oleh puluhan lelaki dan perempuan itu, kebetulan duduk tepat di samping dia, teman dekat saya yang memang seolah sudah tercetak stempel kasat mata "objek bully" di keningnya. Dia menutupi wajahnya hingga sebatas mata dengan jilbab, sementara bahunya turun naik dengan mulut yang seolah menyuarakan tawa terkekeh. Tapi saya melihat dengan jelas bahwa airmata itu berbentuk kesedihan, sedih karena telah dipecundangi di depan umum.

0 Tanggapan:

Posting Komentar

Respon koment akan disesuaikan dengan isi koment. No SPAM, RASIS, HUJATAN, dsj. Merci.... :)

© Born to be "Antagonis" 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis