Minggu, 16 Juni 2013

Lebayatun Alayah

Aku belum tau seberapa banyak Blogger lain yang pastinya pernah mengangkat tema ini. Tema yang kalo ditilik teliti akan cukup mengurut dada para dedengkot pencetus kaidah Ejaan yang Disempurnakan.
Kurang paham juga apa maksud dan kepuasan yang didapat oleh para kaum Leb4y ibnu 4L@y, eh… atau mungkin beberapa orang juga menganggapku tergolong dalam barikade mereka? *cegluk.
Yang pasti, keberadaannya cukup meresahkan. Bukan hanya bagi kelanjutan kisah EyD, tapi juga bagi para dokter spesialis mata dan syaraf, yang setiap harinya akan kebanjiran job menangani pasien dengan keluhan yang sama; mata juling, jereng, gara-gara berusaha keras memahami tulisan 4L@y!
Kalo dipikir, apa susahnya, sih, ngetik pake tulisan normal kayak yang aku tulis di artikel ini? Apa kaum alayers mungkin menemukan kepuasan batin tersendiri, saat ketikan tulisannya itu berhasil melipat-lipat kening pembaca? *Hadeuuuhhh.

Di situs jejaring sosial yang paling kugandrungi, facebook, kaum lebayatun alayah ternyata punya komunitas juga, loh! Mereka tergabung dalam grup-grup yang beranggotakan orang-orang yang memiliki visi dan misi sama; mengalaykan timeline. Pernah juga seseorang meng-invite-ku untuk join di salah satu grup jempolers, tukang nge-klik-klik LIKE itu, loh! Dan hampir keseluruhan dari jempolers ternyata alayers jugaaa. >_< Aku serasa tersesat di hutan belantara bersama ribuan manusia purba, yang berinteraksi dengan bahasa yang sama sekali nggak kumengerti. Malah, seringnya mereka berbalas komentar di setiap postingan itu dengan serentetan kalimat panjang yang keliatan banget hasil copy-paste! Belum lagi, nama-nama yang mereka pilih buat dijadikan nama akun facebook-nya. Entahlah, cukup sulit membedakan antara nama akun dan gerbong kereta lokomotif.
Foto : khoyandloser.blogspot.com

Perlu dibedakan, gaya penulisan alay dengan disingkat-singkat itu nggak sama. Misal, penulisan disingkat itu dalam pengetikan sms, agar lebih irit layar dan hemat waktu. Contoh :
Km dmn? Q mo ktmu skrg.
Masih bisa terbaca, kan? Coba bandingkan dengan ini :
Khuu gug mhaw low kmuuh prgy ry Quwh. Quwh clluu cndtha amoe clama’y.
Foto : lordubay.wordpress.com

Selain bacanya harus sambil mijit-mijit kening, penulisan bahasa alay ini bukannya mempraktiskan, tapi justru malah lebih ribet dan membutuhkan jauh lebih banyak word dari bahasa normal. -__-”
Di semua grup dan komunits kepenulisan yang kuikuti, setiap anggotanya, yang sudah bisa dipastikan adalah seorang penulis atau paling nggak orang yang mau belajar untuk menjadi penulis, diberlakukan peraturan khusus dan paling sakral; DILARANG MENGGUNAKAN BAHASA ALAY!
Kenapa begitu? Mungkin sangat terkesan mendiskriminasi banget, ya. Atau melanggar kebebasan berekspresi? Hahaha…

Tapi, coba pikir…
Seseorang yang mengaku bahwa dirinya penulis, atau orang yang ingin belajar menulis, tentunya harus bisa memahami dan mengaplikasikan dalam kesehariannya, tentang bagaimana itu cara yang baik dan benar untuk bergumul di ranah literasi. Tulisan sebagus apa pun, akan terasa percuma kalo ternyata nggak bisa tersampaikan dengan baik sama pembaca. Gimana bisa pembaca memahami tulisan alay bluntek-bluntek? Bisa-bisa malah terjadi banyak distorsi, noise, atau miss communication.
Penulis yang baik adalah dia yang bisa menghargai tulisannya sendiri, taat rambu-rambu dengan menuliskan cerita yang sesuai dengan EyD. Inget, meskipun baku, tapi nggak harus kaku. Kayak tulisan artikelku ini, lah… Hahahah :D *joke.

Beberapa orang sering mengirimi aku koment, wall, atau inbox di facebook yang menyatakan kalo dirinya mau belajar dan diajari untuk jadi penulis. Tapi, see! Cara ketikannya aja udah bikin ilfeel! Huruf digede-kecil, lah. Dll. Yang intinya, kalo mau baca tulisan macam itu, aku sampe kayak orang yang lagi nongkrong di jamban; ngeden-ngeden. -__-” Kalo udah gitu, 1 tips pertama yang biasanya langsung aku kasih adalah… “Bersegeralah kembali ke jalan yang benar, Nak.” :D

Oke, dengan membaca artikel ini, semoga kita bisa lebih menghargai kaidah berbahasa kita, ya. Terutama bagi seorang penulis. Sekian, semoga bermanfaat. :)

2 Tanggapan:

Respon koment akan disesuaikan dengan isi koment. No SPAM, RASIS, HUJATAN, dsj. Merci.... :)

© Born to be "Antagonis" 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis