Senin, 11 November 2013

Cernak: Mantra

Hari pertama sekolah, Nika dibawakan bekal makanan oleh Bunda. Nika pun berniat untuk menyantapnya di taman sekolah bersama Dea, Mela, Neng, Riva, Hiro, dan Rizal, teman-teman barunya di sekolah.

“Kalian bawa bekal makanan apa?” Tanya Nika sambil membuka kotak bekal makanannya.
“Aku dibawain nasi goreng spesial buatan mamaku!” Jawab Rizal bersemangat.
“Kalo aku nasi uduk buatan Bibi.” Ujar Riva memperlihatkan bekal makannya.

Lalu mereka pun saling memperlihatkan bekal masing-masing, sambil tidak ketinggalan untuk saling mencicipi bekal satu sama lain.



Neng yang hari itu dibekali nasi putih dan nugget kesukaannya, terlihat makan dengan malas-malasan.

“Kamu kenapa, Neng?” tanya Hiro penasaran sambil meneguk air dari termos kecil yang dibawanya.
“Tumben. Kok, masakan ibuku nggak enak gini, ya?” tutur Neng dengan wajah bingung.
“Sama! Aku juga ngerasa bekal makananku nggak seenak makanan yang biasa aku santap di rumah.” Dea menimpali.

Ternyata yang lain pun turut mengamini. Mereka jadi kurang bersemangat untuk menghabiskan bekal makanannya. Dengan wajah serius, mereka berusaha memecahkan misteri bumbu apa yang kurang dari bekal makanan-makananan mereka, sehingga rasanya tidak sesedap biasa.

Namun, hingga bel masuk kelas berbunyi pertanda waktu istirahat telah usai, tak satu pun misteri bumbu yang kurang berhasil mereka pecahkan. Nika, Dea, Neng, Mela, Riva, Rizal, dan Hiro pun masuk ke dalam kelas dan kembali mengikuti pelajaran dengan hati penasaran. Tapi mereka bertekad akan bertanya pada ibu dan pembantu masing-masing, agar besok misteri kurang sedapnya bekal makanan mereka dapat terpecahkan.
*
“Bundaaa... Nika pulaaang!” Seru Nika saat memasuki gerbang rumah sambil berlari riang. Bunda yang sedang membuat kerajinan tangan pun langsung menyambutnya.
“Eeeh... anak Bunda baru dateng sekolah, kok, malah teriak-teriak, sih? Ayo, harusnya ngucapin apa?” Tanya Bunda mengingatkan sambil membantu Nika untuk melepas sepatunya.
“Hehehe... Assalamu’alaikum, Bundaaa...” ucap Nika tersipu karena lagi-lagi kelupaan. Setelah mencium tangan dan pipi Bunda, Nika pun bergegas masuk ke dalam rumah. Tapi tidak lama kemudian setelah berganti pakaian, Nika kembali lagi menghampiri Bunda yang masih ada di teras.

“Bunda, Nika mau tanya,” kata Nika sambil menjinjing tas sekolahnya.
“Tanya apa, Nak? Ada PR yang susah?” tanya Bunda sambil merapikan bahan-bahan untuk kerajinan tangannya, dan memasukkannya satu persatu ke dalam kotak.
Ditanya begitu, Nika pun langsung menggeleng kuat-kuat. Lalu Nika duduk di samping Bunda dan membantu memasukkan bahan-bahan kerajinan tangan milik Bunda.
“Kalo bukan PR yang susah, terus Nika cantik mau nanya apa?” tanya Bunda lagi sambil tersenyum.

Nika pun berhenti sejenak membantu Bunda mengemasi kerajinan tangannya, lalu mengeluarkan sesuatu dari tas sekolah yang sedari tadi dipeluknya. Ternyata yang Nika keluarkan adalah kotak bekal makanannya.
“Bunda...” panggil Nika ragu-ragu.
“Iya, kenapa, Sayang?” jawab Bunda lembut dan langsung memperhatikan Nika karena sekarang semua benda-benda kerajinan tangan karya Bunda sudah rapi di dalam kotak.
“Nika mau tanya, tapi Bunda jangan tersinggung atau marah, ya...” pinta Nika dengan wajah serius, matanya yang sipit mengerjap-ngerjap lucu. Bunda pun mencubit kedua pipi tembem Nika.
“Ya nggak, lah. Masa Bunda marah, sih?” Jawab Bunda tersenyum.
“Hehehe... janji, ya, Bunda nggak marah?” Nika masih berusaha memastikan.
“Iya, Bunda janji, anak manis!” Ujar Bunda sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuk pada tangan kanannya, kemudian Nika dan Bunda pun tertawa.

“Ayo, mau nanya apa?” kata Bunda lagi.
“Mmm... gini, Bund,” Nika masih terlihat ragu-ragu. Bunda tersenyum sambil merapikan poni yang menutupi sebagian kening Nika.
“Bekal makanan Nika yang Bunda bawain, kok, nggak seenak biasanya, sih, Bund? Ehm, maksud Nika bukannya nggak enak, tapi rasanya nggak seenak biasanya, gitu, Bund. Bunda ngerti, kan?” Tanya Nika hati-hati karena takut Bunda akan tersinggung.

Bunda mengernyitkan dahinya sejenak, kemudian bertanya sambil tetap tersenyum. Melihat senyum Bunda, Nika pun menjadi lega karena ternyata Bunda tidak tersinggung apalagi marah mendengar pertanyaannya.

“Nika makannya dicampur sama jajanan, ya?” tanya Bunda. Nika menggeleng karena selama ini Nika memang tidak pernah jajan di luar. Selain karena jajanan luar kurang higienis, uang saku dari Bunda pun Nika masukkan ke dalam celengan bambunya.
Bunda berpikir sejenak. “Hhhm, coba sekarang Bunda mau liat, Nika cara makan bekalnya tadi gimana?”

Nika mengangguk dan membuka kotak bekal makanannya, lalu langsung menyantap makanan itu beberapa suap. Akhirnya Bunda tersenyum dan geleng-geleng kepala.

“Pantesan aja rasa makanannya jadi kurang sedap, Nika nggak baca mantra sebelum makan dulu, sih.” Tutur Bunda. Nika menatap bingung.
“Mantra apa, Bunda?”
“Mantra supaya makanan yang dimakan Nika terasa enak dan juga mengenyangkan. Selain itu, kalo Nika baca mantra sebelum makan, makanan yang Nika telan akan lebih barokah dan bernilai pahala, Nak.” Jelas Bunda.

Bunda pun mengajari Nika mantra sebelum makan. Tak lupa Bunda menuliskannya di buku catatan Nika agar bisa dihapal dan dibaca sewaktu-waktu.
*
Keesokan harinya saat istirahat di sekolah, Nika kembali berkumpul bersama teman-temannya. Dengan bersemangat Nika menceritakan mantra sebelum makan yang diajarkan Bunda.

“Pas udah baca mantranya, bekal makanan Nika jadi terasa enak, loh!” Ujar Nika, teman-teman pun penasaran dan minta diajari sebelum mereka menyantap bekal makanannya.
“Ayo, kita baca mantranya sama-sama!” Ajak Nika sambil membuka buku catatannya yang berisi mantra tulisan Bunda. Mereka pun membacanya dengan keras-keras.
Bismillahirrahmaanirrahiim... Allahumma baariklanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa adzaa bannaar... Aamiin!”

Selesai membaca mantra, mereka langsung menyantap bekalnya masing-masing. Hiro langsung berseru girang.
“Mantra ajaib! Bekal makanku jadi enak banget!”
“Iya, aku juga!” Sambung Riva.

Anak-anak shaleh itu tertawa senang sambil bertukar makanan dan menyantapnya dengan lahap.



0 Tanggapan:

Posting Komentar

Respon koment akan disesuaikan dengan isi koment. No SPAM, RASIS, HUJATAN, dsj. Merci.... :)

© Born to be "Antagonis" 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis