Sabtu, 09 November 2013

Modus "Pintar" Penipuan Gaya Baru "Buyer" & "Seller" Online

http://coretanbundaumar.blogspot.com
Perdagangan online di era teknologi sekarang ini sudah menjadi primadona bagi para seller maupun buyer yang ingin memasarkan dan membeli produk tanpa harus membuang banyak waktu dan tenaga, serta hemat biaya. Tinggal lihat katalog di salah satu sosial media seller, lakukan pemesanan, transfer, barang dikirim, dan produk yang diinginkanpun sudah ada di tangan.

Tapi segala kemudahan itu justru membuat beberapa oknum seller maupun buyer memanfaatkannya untuk berbuat licik dan curang. Hal serupa yang pernah saya dan Penerbit Harfeey alami, yang kronologisnya bisa dilihat di sini. Tindakan yang membuat coreng-moreng perniagaan online. Karena ulah oknum-oknum tersebut, tidak bisa dihindari hingga akhirnya membuat hubungan antara seller dan buyer ada saling curiga. Hingga akhirnya pertanyaan dari buyer semacam, "Ini penipuan atau bukan, ya?" kerap kali terlontar saat ingin membeli produk via online shop. Saran saya, jika curiga atau tidak yakin pada OLS atau seller tersebut, buyer lebih efektif mencari tau sendiri bagaimana reputasi si seller. Karena percaya sama saya, kalo tetap keukeuh memakai cara "polos" itu, tidak akan membuahkan hasil yang pasti. Hellooow... jangan harap penipu akan mengaku dia nipu saat ditanya apakah dia penipu! :) Intinya, jawaban dari si jujur maupun si pendusta akan tetap sama; "SAYA BUKAN PENIPU."

Yang menurut saya cukup efektif di antaranya bisa dengan cara mengamati lapak onlinenya, melihat bagaimana interaksi seller dengan calon buyer apakah aktif atau hanya terkesan satu arah, melihat testimony dari para buyer yang sudah pernah membeli produk/jasanya, dll. Tapi ada yang harus diwaspadai juga dari testimony karena kadang bisa saja hasil karangan bebas dari si oknum seller. Saya pribadi, ketika awal mula membangun Penerbit Harfeey cukup menyadari betul kalau hal pertama yang harus saya promosikan adalah rasa trust/percaya calon buyer pada perusahaan saya. Oleh karena itu, saya memakai teknik testimony minim kecurigaan yang bisa dicek di sini. Atau yang lebih aman, belanjalah di tempat seller yang sudah dikenal secara individu, atau berdasarkan promosi dari teman yang puas dengan seller tersebut.

Oke, meluncur ke topik pembahasan utama. Di sini saya akan mencoba sharing pada teman-teman tentang berbagai modus "pintar" yang dilakukan oleh oknum seller dan buyer masa kini, yang data-datanya saya himpun dari berbagai sumber untuk kemudian saya tuliskan sesuai dengan gaya bahasa saya sendiri.

http://deeinform.blogspot.com
Modus Oknum Seller


Trik "pintar" yang dipakai oknum seller teranyar adalah dengan cara kontemporer. Jadi dia membangun rasa "trust" dulu di diri si buyer calon korban ini secara bertahap. Sebagai ilustrasi ceritanya begini:
  • Pertama kali order kadang buyer masih takut dan bersikap waspada pada seller, maka buyer biasanya membeli produk dalam jumlah kecil terlebih dahulu, misal senilai puluhan ribu rupiah. Oknum seller yang memang sudah hapal mati dengan sikon ini, akan mencoba terlihat bersikap seprofesional mungkin. Mulai dari mengirimkan paket orderan dan menginfokan nomor resi.
  • Ketika orderan pertama bisa sampai alamat dengan selamat sentausa, rasa percaya di diri buyer calon korban ini mulai sedikit tumbuh. Dia pun mengorder kembali dalam jumlah yang lebih besar dari sebelumnya, misal senilai ratusan ribu rupiah. Lagi-lagi si oknum seller masih menjalankan modus kontemporernya, dia tetap menonjolkan sisi profesional dengan mengirim barang dan menginfokan nomor resi paket.
  • Selang waktu berjalan, si buyer calon korban kian percaya dengan kredibilitas dari oknum seller ini. Hingga akhirnya si buyer berani membeli produk dalam jumlah yang amat sangat besar, apalagi kalo pembawaan si oknum seller-nya sok kenal sok akrab, bikin makin terpesonalah si buyer calon korban ini. Uang senilai jutaan bahkan hingga puluhan juta pun ditransferkan dengan keyakinan produk yang diharapakan bisa sampai seperti orderan sebelum-sebelumnya, namun pada titik inilah modus penipuan itu dilancarkan oleh si oknum buyer. Ketika uang dalam jumlah besar itu sudah masuk ke rekeningnya, dia akan menguras habis semua saldo di ATM-nya, me-nonaktifkan berbagai perangkat yang selama ini dijadikan sebagai alat komunikasi, dan tidak pernah mengirimkan barang yang diorder tersebut.
Licik, ya? SANGAT!

Modus Oknum Buyer

Pada abad 21 ini, bukan cuma oknum seller yang ngiler buat jadi pembokis ulung, oknum buyer pun gak mau ketinggalan untuk ikut berkontribusi mengacak-acak sistem perdagangan online yang menjunjung tinggi rasa saling percaya. Berikut beberapa modus "pintar" yang kerap dilakukan para oknum buyer kere yang punya banyak mau tapi gak punya malu dan doku:
  • Kadang oknum buyer juga menggunakan modus kontemporer seperti yang dilakukan oknum seller di atas. Intinya, saat si seller calon korban sudah percaya karena menganggap kalo si oknum buyer ini sebagai pelanggan, si oknum buyer mulai melancarkan modusnya. Dia akan meminta barang dikirim terlebih dahulu dengan berbagai alasan yang meyakinkan, dan berjanji kalo uangnya akan ditransfer keesokan harinya. Si seller calon korban yang memang sudah terbangun rasa trust-nya pada oknum buyer licik ini, kemudian dengan polosnya akan mengirimkan barang. Dan seperti yang sudah bisa ditebak selanjutnya, uang tidak akan pernah ditransfer oleh si oknum buyer, serta semua perangkat komunikasinya di-nonaktifkan.
  • Modus lainnya yang terbilang cukup "pintar" ialah dengan cara mengirimkan foto resi transfer aspal. Oknum buyer yang biasanya untuk meyakinkan si seller calon korban yang kerap meminta bukti resi transfer, akan mengirimkan foto resi yang buram, kucel, dan tidak terbaca dengan jelas. Kalau si seller calon korban curiga dan mengeceknya lewat internet banking ternyata tidak ada transferan masuk, oknum buyer ini tak akan tinggal diam. Yang namanya penipu memang harus total, dia akan bersikeras meyakinkan kalo uangnya sudah ditransfer tapi memang hasil jepretan kamera ponsel jadulnya selalu kurang bagus. Bahkan untuk menyebut sumpah "DEMI ALLAH" pun dia tidak takut. Si seller calon korban pun jadi tak enak hati kalo harus terus gontok-gontokkan, lalu dikirimlah barang ke alamat si oknum buyer yang ternyata juga ALAMAT PALSU! Ya, di sini kembali terungkap modus liciknya. Oknum buyer ini benar-benar teruji totalitasnya dalam dunia pertipuan. Dia hanya akan menginfokan alamat real sebatas pada kecamatannya saja, sementara untuk nama jalan, nomor rumah, blok, dlsb-nya dibuat palsu. Oknum buyer ini tentunya akan meminta nomor resi pengiriman paket dari si seller, yang gunanya untuk pengambilan langsung paketnya di kantor ekspedisi terdekat di daerahnya. Seller yang malang pun akan sulit melacak keberadaanya setelah dia cek ke bank langsung ternyata tidak ada transferan dari oknum buyer tersebut dan menyadari dirinya ditipu, karena alamat yang diinfokan palsu dan sudah barang tentu perangkat komunikasinya pun sudah di-nonaktifkan.
Ini juga tak kalah liciknya. No money tapi banyak punya keinginan!

Modus Oknum Seller Merangkap Buyer

Ini adalah modus dari oknum terlicik di antara demit yang paling licik. Idenya memang "PINTAR", tapi sayangnya digunakan di jalan yang melenceng. Saya yakin, teman-teman yang mengetahui modus ini akan berdecak "kagum" dengan "kepintaran" a. ka KELICIKAN si oknum seller + buyer ini. Langsung disimak:
  • Si oknum membeli produk pada seller, si seller infokan jumlah transfer dan nomor rekeningnya. Di samping itu, si oknum juga pura-pura jualan produk yang harganya disamakan dengan harga yang harus oknum ini transferkan ke si seller. Si oknum meminta buyer-nya untuk menransferkan dana ke rekening a/n si seller. Si buyer korban oknum ini kemudian menransferkan uang tersebut dan mengirimkan foto resinya ke si oknum. Si oknum mengabarkan pada si seller kalo dia sudah transfer serta mengirimkan juga foto resinya. Si seller langsung mengirimkan barang, sementara si buyer masih menunggu-nunggu kiriman barang dari si oknum. Ketika si buyer akhirnya menyadari kalo dia sudah ditipu dan perangkat komunikasi si oknum sudah di-nonaktifkan, si buyer yang geram akan langsung menghubungi bank untuk melakukan pelaporan agar rekening yang diinfokan si oknum (yang sebenarnya adalah rekening milik si seller) untuk di-nonaktifkan. Dan apa yang kemudian terjadi? Yang namanya jelek dan paling dirugikan adalah si seller si empunya rekening, sementara untuk mencari tahu siapa yang sudah menggunakan rekeningnya untuk menipu pun cukup sulit karena yang order di tempatnya tidak sedikit.
  • Modus lain yang lebih "pintar" karena makin sulit terlacak adalah dengan modus berikut ini. Modusnya masih hampir sama dengan yang diulas di atas. Si oknum belanja di seller misalnya seharga 1.500.000, di luar itu si oknum juga menjual barang tipuan pada si buyer lain seharga 2.500.000. Seperti biasa, si oknum menginfokan nomor rekening a/n si seller untuk dipakai si buyer menransfer dana pembeliannya senilai 2.500.000 yang kemudian juga dikirimkan foto resinya. Si oknum selanjutnya akan menghubungi si seller kalo dia sudah transfer dana pembelian tapi kelebihan transfer sebesar 1.000.000, di sini si oknum pun mengirimkan bukti foto resi untuk meyakinkan. Si seller yang percaya kemudian me-refund senilai 1.000.000 pada si oknum menggunakan REKENING BERSAMA. Si seller mengirimkan dana ke rekber yang disangkanya merupakan nomor si oknum, dan kemudian mengirimkan foto resi transfernya sebagai bukti. Di sinilah letak "kepintarannya" si oknum. Dia terus berada di lingkaran setan, berputar-putar jual-order barang menggunakan rekening orang lain dan rekening bersama untuk menipu. Pintarnya adalah karena dia TIDAK PERLU PUNYA REKENING, sehingga kedoknya untuk terbongkar pun semakin mustahil. Si buyer yang bingung karena barang orderannya dari si oknum tak kunjung sampai dan si oknum pun sudah me-nonaktifkan semua perangkat komunikasinya, kemudian melakukan pengaduan ke pihak polisi dan bank atas nomor rekening yang diinfokan si oknum yang sebenarnya itu adalah rekening si seller yang tak tahu apa-apa. Rekening si seller pun diblokir oleh pihak bank, dan untuk membukanya dia harus mengembalikan transferan senilai 2.500.000 pada si buyer yang sebenarnya adalah ulah kejahatan si oknum.
Gimana? "pintar-pintar" sekali, bukan, modus oknum seller dan buyer online masa kini?
Dalam setiap usaha memng kita harus mawas diri, tidak ada yang namanya "percaya 100%", karena kita harus tetap menyisihkan sekian persen ruang untuk hati-hati.

Silakan di-share sebanyak-banyaknya agar semakin banyak juga seller dan buyer jujur yang terhindar dari modus penipuan "pintar" ini, tapi harap sertakan sumbernya yaitu postingan di blog ini, ya! Sekian dan semoga bermanfaat. :)

7 Tanggapan:

  1. wah ...wah ngeri juga ya...pinter kok g dipkai yg positif, mlh dipkai cr dosa...trims infox mak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mak Irowati. Kita harus adu pinter sama si pinter nelikung. Hiks.

      Hapus
  2. Tinggalin jejak ah...menurutku, org yg begitu bukan pintar mak, tapi licik karena memanfaatkan ilmunya untuk hal negatif. semoga org seperti itu disadarkan dari perbuatannya karena merugikan orang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Welcome... :D
      Iya, Mak, pintarnya dalam tanda kutip. Huhu.

      Hapus
  3. Aduh, kok licik gitu ya orang-orang jaman sekarang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang licik dari dulu udah ada, mungkin sekarang agak "pinteran" dikit karena memanfaatkan teknologi. :D

      Hapus

Respon koment akan disesuaikan dengan isi koment. No SPAM, RASIS, HUJATAN, dsj. Merci.... :)

© Born to be "Antagonis" 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis