Selasa, 26 November 2013

Sudut Pandang/Point of View (PoV) dalam Bercerita

Sebagai penulis, kalian lebih nyaman pake PoV mana? Orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga? Eits, sebelum ada yang ngoceh bilang kalo PoV itu cuma ada dua (pertama & ketiga), saya tegaskan kalo PoV itu ada 3, ya.

PoV orang pertama biasa menggunakan kata ganti "aku", dsj.
Contoh:
Aku menyesap kopi yang sekitar lima belas menit lalu dihidangkan pelayan, setelah sebelumnya menghidu wangi kopi yang tak lagi hangat itu dengan khidmat. Pahitnya terasa begitu mendominasi di lidahku, sama pahitnya dengan masalah-masalah yang bertubi menghantamku belakangan ini.
Saya sering dapet naskah kiriman (bukan naskah event) yang menggunakan PoV orang pertama, tapi kurang luwes dalam menerapkannya. PoV ini memang akan lebih terkesan "gue banget" bagi pembaca HANYA jika penulis mampu menerapkannya dengan apik. Kadang ada yang memaksakan diri memakai PoV ini tapi dia lupa, kalo di sini si tokoh utamanya "tidak serba tahu". Jadi amat sangat aneh kalo tiba-tiba si "aku" bisa tau isi hati orang lain atau bisa mendeskripsikan tempat atau keadaan di mana bukan "aku" sendiri yang berada atau mengalaminya langsung.

PoV orang ketiga biasa menggunakan kata ganti "dia", dsj.
Contoh:
Dia menyesap kopi yang sekitar lima belas menit lalu dihidangkan pelayan, setelah sebelumnya menghidu wangi kopi yang tak lagi hangat itu dengan khidmat. Pahitnya terasa begitu mendominasi di lidahnya, sama pahitnya dengan masalah-masalah yang bertubi menghantamnya belakangan ini.
PoV ini bisa dibilang menjadi yang paling primadona dari yang lainnya, karena di sini si pencerita ditempatkan sebagai orang yang "serba tahu". Untuk para penulis yang baru belajar, ada baiknya membuat cerita dengan menggunakan PoV ini terlebih dahulu. Karena lebih mudah mengeksplor kisah dari berbagai sudut pandang para tokoh.

Nah... sekarang saya mau kasih tau PoV orang kedua yang sepertinya mungkin masih terkesan tabu buat banyak orang, karena memang jarang sekali yang menggunakannya. Ehm, dulu sekali, saya lupa tepatnya kapan, saya pernah bertanya tentang kenyamanan dalam memilih PoV juga bagi para penulis sekalian. Saya bertaya apakah teman-teman lebih nyaman menggunakan sudut pandang orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga. Ndilalah... ternyata gak sedikit yang mencibir dan bilang kalo PoV itu cuma ada 2! :D Dalam kata lain, PoV kedua itu tidak ada. :P Dulu, karena sesuatu hal (lupa, tapi kayaknya gara-gara sibuk banyak editan), saya cuekin aja. Tapi sekarang saya mau sedikit terangkan sebatas kemampuan saya.

Dari dulu saya sudah tau (dan yakin) kalo jenis PoV itu ada tiga, entah awalnya tau dari mana pun saya lupa. Hal ini yang jadi salah satu alasan kenapa pas ada yang koment "vokal" waktu itu saya cuekin, karena saya belum punya bukti konkrit. Tapi belakangan ini saya baca-baca tulisan dari para penulis (merangkap editor) senior yang membahas tentang sudut pandang, dan mereka pun mengatakan kalo sudut pandang itu ada 3, dengan sudut pandang orang kedua menjadi bagiannya.

PoV orang kedua biasa menggunakan kata ganti "kamu", dsj.
Contoh:
Kamu menyesap kopi yang sekitar lima belas menit lalu dihidangkan pelayan, setelah sebelumnya menghidu wangi kopi yang tak lagi hangat itu dengan khidmat. Kamu mengernyit, lalu mendecak-decakkan lidah. "Pahit!" katamu. Mungkin sama pahitnya dengan masalah-masalah yang bertubi menghantammu belakangan ini.
Wajar kalo sedikit yang tau, karena memang amat sangat jarang PoV ini dipakai. Salah satu contoh tulisan yang cukup terkenal dan memakai PoV orang kedua adalah Dadaisme karya Dewi Sartika (tapi saya belum pernah baca tulisannya).

Sekilas PoV orang kedua ini tampak sama dengan PoV orang pertama. Tapi sebenarnya beda. PoV orang kedua terkesan "tersembunyi" dan hanya menceritakan tentang "kamu", bukan "aku". Beda juga dengan PoV orang ketiga, karena PoV orang kedua ini pun "tidak serba tahu". Sejauh ini info yang saya tau tentang perbedaan antar PoV ini masih minim, tapi nanti insyaallah akan saya share lagi kalo saya sudah dapat info yang lebih banyak.
Nahhh... kalo saya pribadi, di antara ketiga pilihan PoV ini, saya lebih mengidolakan PoV orang pertama. Baik saya menempatkan diri sebagai penulis ataupun pembaca. Karena dengan PoV ini menurut saya feel-nya lebih "dapat" dan jadinya "gue banget". Memang semua kembali ke bagaimana cara penulis mengawinkan diksi dan kisahnya, tapi kalo dihadapkan pada dua tulisan yang sama-sama bagus tapi kebetulan memiliki PoV berbeda, maka yang saya pilih sudah pasti cerita dengan PoV orang pertama. :)

Semoga bermanfaat!

3 Tanggapan:

  1. Sharing yang amat bermanfaat :)

    Oya ttg event spt Media Gathering itu, biasanya dari ketua komunitas blogger besar. jadi, di kota saya yang besar, usianya cukup lama dan sudah cukup banyak diketahui adalah Anging Mammiri. Infonya dari pak ketuanya, yang diminta mengutus anggota2nya. Nah dari sini, saya dapat permintaan untuk mengajak KEB berhubung hanya sedikit yang mendaftar ...

    Tapi ada juga info dari Blogger Reporter (melalui mbak Ria Sitinjak) yang minta blogger Makassar mewakili komunitas Blogger Reporter. So, coba bergabung lagi dengan grup2 blogger di daerahnya. Kalo di Solo setahu saya ada komunitas blogger Bengawan Solo. Di Yogya .. apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu. Aku gak tau perkumpulan2 di Jogja. :D Yang blogger nusantara aja batal ikut gara2 gak ada temen yang bisa diajak bareng ke sana. Hikshiks.

      Hapus

Respon koment akan disesuaikan dengan isi koment. No SPAM, RASIS, HUJATAN, dsj. Merci.... :)

© Born to be "Antagonis" 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis